Jumat 11 Feb 2022 11:03 WIB

Kementan: Maggot dan Koro Pedang Berpotensi untuk Bahan Pakan Ternak

Kementan terus mengupayakan berbagai inovasi untuk mengatasi permasalahan pakan

Red: Gita Amanda
Petugas Dispertan KKP menunjukan larva budidaya lalat tentara hitam maggot atau hermetia illucens di Kantor Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertan KKP) Solo, Jawa Tengah, Jumat (7/1/2022). Dispertan KKP Solo membudidayakan lalat maggot sebagai sarana edukasi bahan baku alternatif pakan ternak yang dianggap memiliki nutrisi tinggi dan mempunyai nilai jual selain itu pengelolaan sampah organik perkembangbiakan lalat maggot dapat diolah hingga menghasilkan pupuk kompos yang baik untuk tamanan.
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Petugas Dispertan KKP menunjukan larva budidaya lalat tentara hitam maggot atau hermetia illucens di Kantor Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertan KKP) Solo, Jawa Tengah, Jumat (7/1/2022). Dispertan KKP Solo membudidayakan lalat maggot sebagai sarana edukasi bahan baku alternatif pakan ternak yang dianggap memiliki nutrisi tinggi dan mempunyai nilai jual selain itu pengelolaan sampah organik perkembangbiakan lalat maggot dapat diolah hingga menghasilkan pupuk kompos yang baik untuk tamanan.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan berbagai inovasi untuk mengatasi permasalahan pakan ternak, di antaranya dengan mencari bahan pakan lokal sebagai substitusi bahan pakan impor. Hal ini dikatakan oleh Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agus Sunanto dalam acara Webinar Pengembangan Bahan Pakan Lokal (Kacang Koro Pedang dan Maggot) sebagai Substitusi Bahan Pakan Impor, yang diselenggarakan oleh Ditjen PKH Kamis (10/2/2022) lalu.

Agus menjelaskan, ada berbagai isu global yang harus menjadi perhatian, diantaranya terkait kenaikan harga bahan pakan yang semakin tinggi yang disebabkan berkurangnya armada transportasi internasional, kenaikan cost container, kecenderungan masing-masing negara untuk mengamankan pangan dan pakan, serta masih adanya komponen bahan pakan yang tergantung impor. Ia sampaikan, upaya mencari bahan pakan substitusi impor dengan harga yang ekonomis harus segera dilakukan.

“Pakan merupakan unsur utama penentu harga produk pangan asal ternak, dimana porsi biaya pakan terhadap total biaya produksi antara 47,56 persen sampai 70,97 persen,” kata Agus. Ia tekankan bahwa usaha mencari substitusi bahan pakan impor membutuhkan kerjasama dan sinergi berbagai pihak seperti para peneliti, akademisi, para pelaku usaha, petani dan peternak. 

“Untuk mencari substitusi bahan pakan impor kita jaring semua masukan dan mencari solusi terbaik untuk menurunkan biaya bahan baku pakan, sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi,” ungkapnya.

Berdasarkan beberapa literatur kacang koro pedang merupakan jenis kacang kacangan yang dapat bermanfaat sebagai bahan pakan dan sebenarnya telah lama dikenal dan ditanam masyarakat Indonesia. Adapun maggot atau larva Black Soldier Fly merupakan penghasil protein hewani yang tinggi dan memiliki kandungan protein sekitar 41 persen-42 persen. Maggot dapat mensubsitusi 100 persen tepung ikan pada ayam broiler periode starter dan grower dengan menghasilkan bobot ayam broiler yang tidak berbeda nyata namun lebih ekonomis.

Profesor Nahrowi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, pemakaian bahan pakan baik impor maupun lokal sebenarnya tidak masalah asalkan ketersediaan, harga dan kualitasnya bagus. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa kacang koro pedang dan maggot dari segi kandungan nutrisi memenuhi syarat sebagai bahan pakan andalan sumber protein di Indonesia. 

Selanjutnya Rahayu Dwikorawati dari Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menjelaskan, jika luas tanam kacang koro pedang di Indonesia mencapai 1.590 ha dan ditanam hampir di seluruh Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Kegiatan pengembangan Kacang Koro Pedang tahun 2022 direncanakan ada di lokasi Kabupaten Sumedang, Cianjur dan Kulonprogo, karena sudah ada lahan sumber benihnya.

“Dengan adanya lahan sumber benih, maka diharapkan produksi kacang koro dapat memenuhi kebutuhan pangan maupun pakan ternak di Indonesia,” ungkap Rahayu.

Desianto Budi Utomo selaku Ketua Umum GPMT mengatakan, dalam industri pakan, kestabilan kualitas, ketersediaan dan keberlanjutan suplai, serta faktor harga merupakan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan pakan khususnya bahan pakan lokal.

“Selama ini, tantangan penggunaan bahan pakan lokal secara umum adalah dalam hal kualitas yang tidak stabil, produksi yang masih skala kecil, harga yang relatif mahal sehingga kurang kompetitif, serta keberlanjutan ketersediaan atau kontinuitas suplainya,” ungkap Desianto. 

"Untuk membudidayakan maggot dapat dilakukan dengan menggerakkan masyarakat pedesaan untuk mengelola sampah dapurnya, kemudian membuat sistem inti plasma untuk pembesaran maggot di setiap desa, atau membuat 3 kelompok bisnis yang berfokus pada pembibitan, pembesaran dan pengolahan," Imbuhnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement