EKBIS.CO, BANYUASIN -- Sumatra Selatan termasuk provinsi peringkat keempat nasional dalam produksi hasil pertanian, sementara untuk produksi beras sebagai terbesar kelima di Indonesia.
Selaras dengan meningkatnya prestasi Sumsel sebagai penghasil beras kelima, maka SMK PP Negeri Sembawa selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian RI turut berupaya menghadirkan sawah di lingkungan sekolah.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo kerapkali mengingatkan tentang pentingnya upaya meningkatkan produktivitas pertanian khususnya beras, dengan memaksimalkan peran SMKPP sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian.
"Pendidikan vokasi harus mencetak banyak SDM pertanian berkualitas untuk mendukung pembangunan dan peningkatan produktivitas pertanian," katanya.
Di Sumatera Selatan, produksi beras mencapai 2,69 juta ton sementara kebutuhan konsumsi provinsi hanya 859.744 ton, sehingga mengalami surplus beras sebesar 1,83 juta ton.
Hal senada diingatkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi ursyamsi bahwa Kementan berupaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM pertanian agar lebih profesional dan adaptif terhadap teknologi dan inovasi.
"Dimulai dari menumbuhkan minat generasi Z dan generasi Alpha sebagai penerus generasi Milennial. Kami akan ubah persepsi anak muda tentang pertanian, ubah mindset pertanian itu kotor. Pertanian itu profesi. Bangsa bisa kuat kalau pertaniannya maju. Tugas berat ini perlu diselesaikan secara serius," kata Dedi Nursyamsi.
Kepala SMK PP Negeri Sembawa, Mattobi’i menambahkan meskipun Sembawa merupakan kawasan perkebunan, namun seluruh jajarannya berkomitmen mengupayakan hadirnya sawah untuk membekali siswa Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) tentang ilmu mengenai budidaya padi.
”SMK PP Negeri Sembawa menghadirkan tiga petak sawah dengan luas sekitar 2.500 m2," kata Mattobi'i.
Kesungguhan Mattobi'i tampak dari kehadiran Lasmaswati dan Hendro selaku pembimbing siswa melakukan budidaya padi dengan sistem tanam Mina Padi, usaha budidaya ikan di sawah secara bersamaan dengan tanaman padi dalam areal yang sama.
Dengan kata lain 'sambil menyelam minum air', katanya lagi, usaha padi lancar dan budidaya ikan pun jalan sebagai bentuk optimalisasi potensi lahan sawah irigasi seraya meningkatkan pendapatan petani dengan merekayasa lahan melalui teknologi tepat guna.
“Memanfaatkan padi varietas Inpari-32, ditambah mina padi dengan ikan nila sekitar 2000 ekor, saat ini kami tinggal melakukan proses perontokan dengan mesin panen combine harvester,” kata Mattobi'i.
Menurutnya, varietas Inpari 32 lantaran dinilai memiliki kesesuaian dengan kondisi lahan di SMK PP Negeri Sembawa. Meskipun tidak terlalu genjah, umur padi Inpari 32 tergolong pendek, 107 hari setelah seba, juga memiliki hasil panen dengan produktivitas tinggi serta terbukti memiliki beberapa kelebihan, di antaranya tahan rebah serta tahan kurang air.
"Hal ini sangat cocok dengan kriteria mina padi, dengan varietas yang tahan rebah," kata Mattobi'i.
Langkah tersebut disambut baik oleh para siswa, salah satunya Wendy, yang menilai tidak perlu belajar atau praktik jauh-jauh, karena di kawasan sekolah sudah hadir dengan kondisi nyata lahan persawahan.
“Dimulai dari persiapan lahan sawah hingga penjemuran, sudah kami lakukan. Hanya saja, pabrik penggilingan belum ada, akan tetapi kegiatan tersebut sudah kami peroleh saat melakukan desa mitra di Kecamatan Rambutan,” kata Wendy, siswa SMK PP Negeri Sembawa.