Selasa 22 Feb 2022 16:29 WIB

IHSG Terkoreksi, Sejumlah Saham Big Cap Sumbang Penurunan Terbesar

Saham Waskita dan Telkom memimpin penurunan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilusrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (22/2/2022). IHSG ditutup melemah ke posisi 6.861,99 atau terkoreksi sebesar 0,59 persen dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilusrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (22/2/2022). IHSG ditutup melemah ke posisi 6.861,99 atau terkoreksi sebesar 0,59 persen dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (22/2/2022). IHSG ditutup melemah ke posisi 6.861,99 atau terkoreksi sebesar 0,59 persen dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. 

Aksi beli investor asing yang mencapai Rp 855 miliar gagal membawa IHSG kembali ke zona positif. Sektor transportasi & logistik, barang konsumsi, properti, teknologi hingga finansial bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini.

Baca Juga

Beberapa saham big cap masuk jajaran top losers diantaranya WSKT yang turun tajam sebesar 4,03 persen ke level 595, kemudian disusul PGAS yang terpangkas 3,10 persen ke level 1.405. Lalu saham BBNI turut melemah 1,90 persen dan TLKM terkoreksi 1,60 persen. 

Penurunan IHSG ini sejalan dengan bursa regional Asia yang mayoritas melemah dipimpin oleh Hang Seng dengan penurunan hingga 2,69 persen. Selanjutnya Nikkei 225 dan Straits Times masing-masing terpangkas 1,71 persen dan 1,11 persen. 

"Sikap pelaku pasar dan investor tampaknya terbebani kondisi di Eropa Timur yang berpotensi semakin memanas setelah Rusia mengirimkan pasukan di wilayah UkrainaTimur," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Selasa (22/2/2022). 

Hal ini pun memancing kecaman dari para pemimpin Barat dan Amerika Serikat (AS) dan mendorong pemberian sanksi ke Rusia. Kondisi tentunya akan semakin memanas dan berpotensi menimbulkan krisis keamanan di Eropa Timur sehingga membebani pasar global dan memicu risiko geopoltik. 

Di sisi lain, menurut Pilarmas Investindo Sekuritas, pasar juga memantau kebijakan moneter AS dimana sebelumnya Gubernur the Fed Michelle Bown mengatakan kenaikan suku bunga direncanakan bulan depan jika inflasi yang terlalu tinggi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement