Selasa 01 Mar 2022 16:43 WIB

Harga Gabah dan Beras Turun Sebelum Puncak Panen Raya

Penurunan harga gabah dan beras itu sejalan dengan perkembangan nilai tukar petani.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anggota kelompok tani Lamuta III menjemur gabah padi organik di Desa Hutabohu, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat penurunan harga gabah di tingkat petani maupun beras sepanjang Februari 2022. Penurunan harga terjadi meski belum memasuki musim panen raya puncak yang biasanya jatuh pada Maret-April.
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Anggota kelompok tani Lamuta III menjemur gabah padi organik di Desa Hutabohu, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat penurunan harga gabah di tingkat petani maupun beras sepanjang Februari 2022. Penurunan harga terjadi meski belum memasuki musim panen raya puncak yang biasanya jatuh pada Maret-April.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terdapat penurunan harga gabah di tingkat petani maupun beras sepanjang Februari 2022. Penurunan harga terjadi meski belum memasuki musim panen raya puncak yang biasanya jatuh pada Maret-April.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto menyampaikan, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) petani bulan Februari 2022 sebesar Rp 4.849 per kilogram (kg). Harga itu turun 3,2 persen dari rata-rata harga di bulan Januari.

Baca Juga

"Begitu pula rata-rata harga beras di penggilingan Rp 9.538 per kg, turun 0,18 persen dibandingkan bulan Januari 2022," kata Setianto dalam konferensi pers, Selasa (1/3/2022).

Penurunan harga gabah dan beras itu sejalan perkembangan nilai tukar petani. Meskipun, nilai tukar petani (NTP) secara umum pada Februari naik 0,15 persen menjadi 108,83 poin, NTP khusus subsektor petani tanaman pangan tetap mengalami penurunan.

Tercatat, NTP tanaman pangan pada Februari hanya 100,43 poin, turun 0,43 persen dari Januari sebesar 100,86 poin. Penurunan NTP, terjadi ketika indeks harga yang diterima petani lebih kecil daripada indeks harga yang harus dibayarkan petani.

Guru Besar IPB University sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, menyebut terdapat anomali pada harga gabah saat ini. Pasalnya, Januari-Februari masih merupakan musim tanam.

Harga GKP di awal tahun yang biasanya mengalami kenaikan harga justru sedang dalam tren penurunan."Kami tidak tahu jawabannya kenapa terjadi anomali seperti ini. Beberapa tempat kami amati di Jawa Tengah dan Jawa Timur malah jatuh angkanya di saat seharusnya puncak harga beras naik di Februari," kata Andreas.

Apalagi, musim panen tahun ini akan bersamaan dengan bulan Ramadhan dan Lebaran yang biasanya permintaan akan beras meningkat dan harga ikut naik.

Baca juga: Harga Saham BRI Capai Angka Tertinggi Rp 4.850, Paling Banyak Diborong Asing

Kemungkinan besar, kenaikan harga yang signifikan dan menguntungkan petani tidak terjadi karena harga berpotensi jatuh di saat musim panen karena produski melimpah.

Andreas menuturkan, inflasi pangan tahun ini kemungkinan besar memang akan lebih tinggi dari 2021. Namun, khusus kuartal pertama, dipastikan lebih rendah karena harga gabah dan beras saat ini yang turun karena beras menjadi penyumbang terbesar laju inflasi pangan.

"Kami justru prihatin dengan situasi ini jadi sebenarnya inflasi pangan tidak perlu ditakutkan," ujarnya.

Karena itu, Andreas meminta pemrintah tidak hanya memikirkan harga di tingkat konsumen dan inflasi pangan secara umum. Lebih jauh, memikirkan keberlanjutan usaha petani tahun ini.

"Yang perlu diwaspadai jika beras sangat tidak menguntungkan, itu petani makin malas tanam padi dan mengancam produksi 2022. Saya juga sampaikan petani harus memiliki komoditas yang menguntungkan saja," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement