Kamis 17 Mar 2022 14:37 WIB

Harga Minyak Goreng Rp 47 Ribu, Warga: Nggak Masuk Akal, Astaghfirullah! 

Warga menilai harga minyak goreng saat ini memberatkan dari sebelumnya Rp 14 ribu

Rep: Eva Rianti / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah warga membeli minyak goreng di salah satu pusat perbelanjaan (ilustrasi). Harga minyak goreng kemasan di toko-toko ritel di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terpantau bergerak di angka sekitar Rp 47 ribu per 2 liter. Mendapati harga komoditas tersebut melejit dari harga subsidi sebelumnya Rp 28 ribu per 2 liter, sejumlah calon konsumen terlihat tercengang.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah warga membeli minyak goreng di salah satu pusat perbelanjaan (ilustrasi). Harga minyak goreng kemasan di toko-toko ritel di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terpantau bergerak di angka sekitar Rp 47 ribu per 2 liter. Mendapati harga komoditas tersebut melejit dari harga subsidi sebelumnya Rp 28 ribu per 2 liter, sejumlah calon konsumen terlihat tercengang.

EKBIS.CO,  TANGERANG SELATAN -- Harga minyak goreng kemasan di toko-toko ritel di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terpantau bergerak di angka sekitar Rp 47 ribu per 2 liter. Mendapati harga komoditas tersebut melejit dari harga subsidi sebelumnya Rp 28 ribu per 2 liter, sejumlah calon konsumen terlihat tercengang. 

Seorang calon konsumen, Dewi (30 tahun), terlihat berdiri di depan rak khusus minyak goreng kemasan di salah satu toko ritel di Tangsel. Dia tampak mengernyitkan dahi saat memandangi harga yang berderet di bagian display minyak goreng. 

Baca Juga

Harga minyak goreng kemasan yang tertera diantaranya merek Bimoli Rp 24 ribu per 1 liter. Lalu untuk kemasan 2 liter, merek Sania dibanderol dengan harga Rp 47.700, Tropical Rp 51.400, dan Fortune Rp 47.500. Melihat itu, beberapa detik kemudian, Dewi tidak mengambil satupun kemasan minyak goreng, lantas mengalihkan pandangannya dan bergerak ke rak-rak lainnya. 

"Nggak masuk akal harganya. Astaghfirullah, no comment lah," ungkap Dewi kepada Republika, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, Kamis (17/3). Rona keberatan dengan harga komoditas tersebut jelas terpancar dari gesturnya. 

Menurut penuturannya, harga minyak goreng saat ini sangat memberatkan, usai mendapat subsidi dari Pemerintah sebelumnya yang bergerak di angka Rp 28 ribu per 2 liter. Sebelum itu, lanjutnya, harga normalnya diketahui dibanderoli dengan harga sekitar Rp 40 ribu. 

"Kemarin (sebelum subsidi) Rp 40 ribu, terus jadi Rp 28 ribu waktu subsidi. Eh malah sekarang Rp 47 ribu sampai Rp 50 ribu. Sudahlah enggak jadi beli saya," ujarnya. 

Dewi mengaku tidak habis pikir dengan polemik minyak goreng kemasan belakangan ini. Ketika harga murah, dirinya kesulitan mendapatkan barang karena langka, sementara saat stok banyak, harganya malah mencekik. "Kasihan masyarakat," keluhnya. 

Senada, Tia (45), calon konsumen lainnya juga menunjukkan rasa kaget dan kesal saat melihat harga minyak goreng terbaru. Pada saat melihat list harga, dirinya langsung konfirmasi ke seorang pegawai toko ritel. Pegawai toko ritel mengatakan harga minyak goreng saat ini sudah normal kembali. 

"Gila naik segini tingginya. Bukan normal mah ini, abnormal!" kata Tia dengan cetus kepada sang pegawai. 

Tia menuturkan, harga minyak goreng setinggi itu tentu memberatkan masyarakat. Menurut penuturannya, dengan kondisi itu, dirinya harus berupaya memilih upaya alternatif dalam memasak tanpa minyak goreng. 

"Sekarang harga segitu ya siapa yang mau beli, ya sudah direbus-rebus saja deh (cara memasaknya)," kata dia. 

Seorang pegawai toko ritel, Agi (25), mengatakan, perubahan harga minyak goreng ke angka sekitar Rp 47 ribu diberlakukan per kemarin, Rabu (16/3). Dia menyebut stok tiba pada malam hari dan masih tersedia banyak di rak hingga Kamis (17/3) siang. 

"Kemarin pagi jam 09.00 WIB sempat turun 15 karton dengan harga subsidi langsung habis dalam sejam. Per kemarin jam 11.00 WIB harganya sudah yang baru, tapi stok datang malam, ada tiga karton. Tiga karton itu juga enggak habis ini sampai sekarang," ujarnya. 

Agi berujar, saat ini konsumen tidak lagi dibatasi pembelian minyak goreng dengan hanya dua liter seperti yang dilakukan saat ada subsidi. Kendati demikian, menurut pengamatannya, konsumen kebanyakan enggan untuk membeli dengan harga yang tinggi. 

"Sekarang dibebasin sudah enggak satu orang dapat jatah 2 liter doang, tapi maksimal dua karton. Walaupun dua karton harganya segitu jarang yang beli juga," katanya. 

Diketahui, Pemerintah resmi memutuskan untuk melepaskan harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium sesuai harga pasar dan hanya mengatur harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah. Dengan kebijakan tersebut, harga minyak goreng kemasan di level konsumen tentu akan mengalami kenaikan sesuai tingkat harga minyak sawit (CPO) internasional.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, mengatakan, dengan harga CPO KBPN Dumai saat ini sebesar Rp 15.864 per kilogram (kg), harga minyak goreng kemasan sederhana di level konsumen bisa mencapai Rp 23 ribu per liter.

"Untuk kemasan premium, kami perhitungkan itu maksimum Rp 24.800 per liter jika dengan patokan harga CPO saat ini," kata Sahat, Rabu (16/3).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement