Rabu 23 Mar 2022 22:09 WIB

Erick Thohir: SDA Harus Jadi Kekuatan Utama Ekonomi RI, Bukan Negara Lain

Erick mendorong BUMN dapat menjalankan program hilirisasi guna mengoptimalkan SDA.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri BUMN Erick Thohir memberikan sambutan pada acara BUMN Corporate Communications and Sustainability Summit (BCOMSS) 2022 di  Istora Senayan, Jakarta, Rabu (23/3/2022). BCOMSS yang merupakan ajang pertemuan dan penganugerahan di lingkungan BUMN ini diharapkan menjadi standard dan benchmark program serta praktek komunikasi dan keberlanjutan yang baik dan relevan di lingkungan BUMN.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri BUMN Erick Thohir memberikan sambutan pada acara BUMN Corporate Communications and Sustainability Summit (BCOMSS) 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (23/3/2022). BCOMSS yang merupakan ajang pertemuan dan penganugerahan di lingkungan BUMN ini diharapkan menjadi standard dan benchmark program serta praktek komunikasi dan keberlanjutan yang baik dan relevan di lingkungan BUMN.Prayogi/Republika

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan dua kekuatan utama ekonomi Indonesia ialah sumber daya alam (SDA) dan market yang besar. Namun, ucap Erick, dua hal ini sejak lama justru menjadi sumber pertumbuhan ekonomi untuk negara lain.

"SDA yang dari dulu selalu dipakai untuk kesejahteraan bangsa lain, sudah saatnya dipakai untuk kesejahteraan bangsa kita. Di situ lah peran BUMN," ujar Erick dalam acara BUMN Corporate Communications and Sustainability Summit 2022 di Jakarta, Rabu (23/3/2022) malam.

Baca Juga

Erick bersikeras agar BUMN dapat menjalankan program hilirisasi guna mengoptimalkan SDA. Kata Erick, Indonesia masih tercatat sebagai negara yang mengirimkan raw material terbesar ke luar negeri yakni sebesar 50 persen. Padahal, ucap Erick, negara-negara lain sudah menekan pengiriman raw material dan memilih untuk mengolahnya sendiri agar menjadi produk jadi.

Erick mengatakan BUMN telah memiliki empat fokus dalam hilirisasi yang meliputi pengembangan ekosistem kendaraan baterai listrik, gasifikasi batubara menajdi gas DME, pembangunan fasilitas smelter tembaga, dan pembangunan fasiltas smelter alumina.

Erick menyampaikan pengembangan ekosistem kendaraan baterai listrik menjadi sangat penting. Pasalnya, Indonesia kini merupakan importir minyak. Kebutuhan minyak sendiri terus meningkat menyusul pengembangan industri petrochemical yang bertujuan untuk menekan tingginya impor bahan baku obat (BBO) yang saat ini mencapai 95 persen.

"Artinya mesti ada ekuilibrium supaya kita tidak bergantung terus menerus kepada minyak. Salah satu yang konsumtif dari minyak atau BBM ialah kendaraan, karena itu, ini menjadi sebuah keharusan supaya kita bisa mandiri," ucap Erick.

Erick melanjutkan mengenai gasifikasi batubara menjadi gas DME. Kata Erick, produksi batubara Indonesia saat ini tercatat 600 juta ton dan 130 juta digunakan untuk PLN. Persoalannya, komitmen penggunaan energi bersih akan membuat batubara tersisih di masa yang akan datang.

"Artinya harus ada terobosan batubara, hilirisasi menajdi DME karena Rp 70 triliun kita impor LPG. Kalau Rp 70 triliun bisa kita jaga akan sangat bermanfaat untuk kesejahteraan, pendidikan, hingga kesehatan rakyat," lanjut Erick.

Erick menyampaikan komitmen hilirisasi BUMN juga ditunjukan dengan pembangunan fasilitas smelter tembaga dan pembangunan fasiktas smelter alumina. Erick mengatakan Indonesia akan memproses terlebih dahulu tembaga di dalam negeri sebelum dijual ke luar negeri.

"Pembangunan fasilitas smelter tembaga sekarang kita harus proses tembaga, yang dulu dikirim ke Filipina, Korea, sekarang kita bangun smelter sendiri," kata Erick.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement