EKBIS.CO, JAKARTA -- Founder Kubik Leadership, Jamil Azzaini, berbagi tips tentang cara membangun perusahaan yang mampu bersaing. Menurutnya, tren positif itu tak lepas dari kepiawaian para pemimpin dalam mengelola perusahaan.
Berbicara podcast Youtube @jamilazzainisuksesmulia, Jamil menganalogikan pemimpin yang baik itu sebagai pilot yang bisa mengatasi kerusakan pesawat di tengah penerbangan. Jika gagal menangani situasi itu, pesawat tentu bisa jatuh atau perusahaan bakal bangkrut.
"Diberitahukan kepada semua penumpang bahwa semua mesin pesawat yang kita tumpangi mengalami kerusakan, untuk itu semua harap kembali ke tempat duduknya dan gunakan sabuk pengaman, semua harap tenang," kata Jamil di Youtube.
"Kira-kira, apakah penumpang bisa tenang? Saya yakin, sebagian besar penumpang akan panik dan gelisah. Begitu pula dalam sebuah organisasi atau perusahaan, apabila "mesin" kepemimpinannya rusak atau mati, maka penumpang (karyawan) akan panik dan perusahaan bersiap untuk terjatuh yang bisa berujung kepada kebangkrutan," tambahnya.
Jamil lantas teringat kepada buku The Leadership Engine yang ditulis oleh Noel M Tichy dari Michigan Business School. Menurut Tichy, sebuah organisasi perlu berkomitmen menjadi "pabrik" para leader untuk menjadi pemenang,
"Apa artinya "pabrik"?, organisasi harus mampu memproduksi sebanyak mungkin leader di seluruh level dan lini organisasi," ucapnya.
"Caranya? Melalui teaching/mentoring/coaching, bahwa pemimpin puncak harus menjadi teacher/mentor/coach bagi pemimpin-pemimpin yang ada di level di bawahnya," tambah alumni Institut Pertanian Bogor tersebut.
Maka itu, lanjut Jamil, perusahaan perlu memiliki tiga engine atau mesin dalam membuat pabrik para leaders dan yang pertama adalah ide serta gagasan. Jadi menurutnya, pemimpin harus bisa mendorong kemunculan berbagai ide dan gagasan dari semua karyawan demi kemajuan perusahaan.
Selain terbukanya ide dan gagasan, sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin menjadi pemenang wajib memiliki engine dan kedua yakni value.
"Saya sering mendapat curhatan dari para pemimpin dan pebisnis tentang rumitnya bisnis yang dijalani. Dari yang semula kawan menjadi lawan, dari semula anggota timnya bergaya hidup bersahaja menjadi berfoya-foya dan lain sebagainya," tutur Jamil.
"Dari hasil diskusi, kami sepakat bahwa penyebab rumitnya bisnis adalah karena tidak adanya values yang disepakati sejak awal. Fokus kami hanya uang, profit dan revenue. Kami melupakan yang lebih esensial yaitu values," tambahnya.
Atas dasar itu, Jamil lantas sangat mendukung keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang menekankan pentingnya nilai bersama yaitu Akhlak: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif. Menurutnya, pemimpin muda yang bisa membawa pertumbuhan perusahaan bakal cepat lahir jika serius menanamkan values tersebut.
Kemudian engine ketiga disebut Jamil harus memiliki leader dengan kemampuan 3 E, yakni energy, emotional, dan edge. Maksud dari energi dan emosional dijelaskannya sebagai pemimpin yang bisa membangun hubungan saling respek, menghargai dan mendukung satu dengan yang lainnya.
"Suasana kerja dan interaksi yang terjadi sangat positif, saling memberi apresiasi dan saling support untuk tercapainya kinerja terbaik," kata Jamil.
Selain itu, imbuh Jamil, para leader wajib berani mengambil keputusan yang tidak populis, mengambil keputusan sulit dan siap mengorbankan kenyamanan demi kepentingan masa depan yang jauh lebih baik.
"Para pemimpin harus sangat memikirkan masa depan perusahaan, keberlangsungan perusahaan dan terkadang berani mengambil keputusan berbeda dari kebanyakan perusahaan. Dan, semua itu disebut edge," ucapnya.