EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan film tak sekadar sebuah karya yang dinikmati untuk hiburan semata. Lewat film nasional yang berkualitas, Erick mengaku dapat mengenal jati diri dan karakteristik masyarakat Indonesia dengan lebih baik.
"Film bukan hanya soal penghilang penat di waktu senggang. Namun juga media apresiasi dan kritik sosial terhadap kondisi bangsa ini," ujar Erick dalam akun Instagram, @erickthohir pada Rabu (30/3).
Erick menegaskan komitmen BUMN dalam mendukung industri perfilman Indonesia dapat kembali berjaya. Erick menyebut film nasional memiliki potensi besar dalam membangun jati diri bangsa dan juga terhadap perekonomian nasional.
"Saya secara pribadi akan selaku setia mendukung karya anak bangsa untuk dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri, juga menjadi representative yang membanggakan di negeri orang lain," ucap dia.
Erick menyampaikan selamat Hari Film Nasional 2022 yang jatuh pada 30 Maret untuk untuk seluruh pencinta film dan insan perfilman tanah air. Erick berharap peringatan Hari Film Nasional dapat menjadi momentum kebangkitan film Indonesia.
Sebelumnya, mantan Presiden Inter Milan itu pernah berjanji mendorong majunya dunia perfilman Indonesia kedepan. Salah satunya dengan cara BUMN Perfilman, PT Perusahaan Film Negara (PFN) bisa menjadi lembaga pembiayaan.
Erick menjelaskan PFN mestinya bukan menjadi pesaing dari produsen film dalam negeri. Ia menilai PFN harusnya mengambil tempat sebagai jembatan industri film dalam negeri bisa mendapatkan akses yang lebih luas. Baik dari segi pembiayaan maupun dari segi komersialisasi film.
"Kita minta PFN jangan jadi bersaing membuat film, tapi PFN justru kita mau jadikan lembaga pembiayaan film," ungkap Erick.
Namun, dia tidak menjelaskan rinci soal rencana ini. Erick hanya mengatakan saat ini wacana itu sedang dipelajari Kementerian BUMN. Salah satu yang jadi pertimbangan besar adalah risiko besar pembiayaan film.
"Tidak mudah, saat ini masih kita sedang pelajari. Sudah tujuh bulan. Ini risikonya besar untuk buat film," ungkap Erick.