EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) bisa menaikan suku bunga acuannya hingga lebih dari tujuh kali. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, BI terus menjaga stabilitas nilai tukar.
Saat ini kondisi neraca transaksi berjalan tercatat surplus sehingga pasokan valuta asing dalam negeri lebih dari cukup dan nilai tukar tetap stabil. Perry memastikan BI juga terus berada di pasar.
Nilai tukar rupiah tetap mengalami depresiasi namun nilainya lebih kecil dari negara-negara peers lain. Ia menekankan, cadangan devisa Indonesia juga lebih dari cukup untuk mempertahankan stabilitas eksternal agar tetap terjaga.
Dalam pengendalian inflasi, BI dan pemerintah juga terus memastikan ketersediaan pasokan, terutama pangan. BI berkoordinasi dengan BI di daerah untuk memantau tingkat inflasi daerah yang pada Maret 2022 dinilai masih terkendali.
"Kita melakukan pemantauan inflasi di daerah, agar betul-betul harga pangan terjaga, dari inflasi administered prices sejauh ini diatasi dengan langkah-langkah di dalam fiskal," kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).
Perry mengatakan, BI sejauh ini masih yakin inflasi terjaga di kisaran 2-4 persen. Ia pastikan terus memantau potensi kenaikan harga ke depannya dan berkoordinasi dari sisi moneter-fiskal agar harga terkendali dan tidak mengganggu pemulihan ekonomi.
Lebih lanjut, Perry menegaskan kenaikan harga saat ini tidak akan langsung direspons oleh kenaikan suku bunga acuan BI. BI akan tetap pertahankan 7DRRR di angka 3,5 persen sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi fundamental yakni dari sisi inflasi inti.