EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan siap melakukan vaksinasi massal ternak sapi sebagai langkah pencegahan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menjelaskan, jenis PMK yang masuk ke Indonesia telah ditemukan oleh Pusat Veteriner Farma di Surabaya sehingga diketahui jenis vaksin yang tepat. Adapun jenis PMK yang masuk ke Indonesia yakni IND2001.
Pemerintah, kata Syahrul juga sepakat vaksin yang digunakan adalah vaksin nasional dari dalam negeri.
"Tapi ini butuh waktu, oleh karena itu dalam waktu 14 hari (ke depan) kita impor vaksin yang jumlahnya tidak banyak, ini hanya untuk menunggu kehadiran vaksin (nasional) yang ada," kata Syahrul dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/5/2022).
Syahrul menilai, pembuatan vaksin dalam negeri tidak membutuhkan waktu lama. Para ahli juga telah memastkan vaksin PMK IND2001 dapat dibuat sendiri.
Sementara proses vaksinasi akan berlangsung, Kementan telah mulai melakukan penyuntikan vitamin dan obat-obatan ternak, termasuk antibiotik untuk meningkatkan imun ternak.
Ia mengklaim, langkah itu memberikan hasil yang cukup baik di mana hewan yang semula terpapar kini dalam kondisi membaik. "Kita berharap virus ini bukan yang mematikan, tapi kita tetap punya waspada lebih tinggi," katanya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Nasrullah, mengatakan, virus PMK IND2001 merupakan jenis yang umum terbesar di wilayah Asean. Sembari vaksinasi dari vaksin impor dilakukan, pemerintah telah mempersiapkan proses pembuatan vasin dalam negeri.
"Insya Allah dalam waktu dekat, kita akan gunakan vaksin sendiri," kata dia.
Pihaknya belum menjelaskan lebih detail mengenai kebutuhan dosis vaksinasi masssal sapi. Baik dari vaksin impor maupun vaksin dalam negeri.
Kementan telah menetapkan status wabah PMK dan melakukan lockdown zonasi di dua daerah di Provinsi Aceh yakni Aceh Tamiang dan Aceh Timur, serta empat kabupaten Jawa Timur yakni Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Mojokerto.
Total ternak yang positif PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor dengan jumlah kematian satu ekor. Sementara di Jawa Timur, terdapat 3.205 ekor positif PMK. Nasrullah tidak merinci jumlah kematian, namun ia mengatakan tingkat kematian di Jawa Timur hanya 1,5 persen.