Sabtu 14 May 2022 05:25 WIB

Menteri Bahlil: Investasi Hilirisasi DME Kurangi Impor LPG Indonesia

Indonesia melakukan impor LPG sebanyak 7 juta-8 juta ton per tahun.

Red: Nidia Zuraya
Pekerja dibantu alat berat memulai pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022). Proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) diperikirakan akan mendatangkan investasi asing dari Air Products & Chemicals Inc (APCI) sebesar US$ 2,1 miliar dengan utilisasi 6 juta ton batu bara pertahun dan menghasilkan 1,4 juta DME pertahun.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Pekerja dibantu alat berat memulai pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022). Proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) diperikirakan akan mendatangkan investasi asing dari Air Products & Chemicals Inc (APCI) sebesar US$ 2,1 miliar dengan utilisasi 6 juta ton batu bara pertahun dan menghasilkan 1,4 juta DME pertahun.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan investasi hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) oleh perusahaan Amerika Serikat, Air Products & Chem icals, mampu membuat Indonesia mengurangi impor LPG. Pendapat Bahlil tersebut dikemukakannya saat mendampingi Presiden Joko Widodo bertemu dengan Air Products & Chemicals di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (12/5/2022) waktu setempat, untuk menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) investasi gasifikasi batu bara dan turunannya di Indonesia senilai 15 miliar dolar AS (sekira Rp 219,5 triliun).

"Ini adalah bagian dari upaya Pak Presiden untuk bagaimana bisa membangun hilirisasi, produknya bisa menjadi substitusi impor. Untuk DME kita menargetkan 50 persen dari total impor bisa melakukan processing dari dalam negeri," kata Bahlil saat memberikan keterangan pers melalui akun YouTube Sekretariat Presiden yang dipantau di Jakarta, Jumat (13/5/2022).

Baca Juga

Bahlil menjelaskan bahwa dari total investasi senilai 15 miliar dolar AS tersebut, sudah ada tiga proyek yang berjalan. Salah satunya proyek hilirisasi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan yang merupakan kerja sama dengan Air Products, PT Bukit Asam Tbk dan PT Pertamina.

Melalui proyek gasifikasi batu bara itu, produk DME yang dihasilkan dapat menggantikan Liquid Petroleum Gas (LPG) yang selama ini dipasok melalui impor dengan nilai Rp80 triliun per tahun. Berdasarkan data terakhir, Indonesia melakukan impor LPG sebanyak 7 juta-8 juta ton per tahun.

"Ini sangat menguras devisa kita, bahkan untuk subsidi per 1 juta ton itu kurang lebih Rp 13 triliun, sehingga total subsidi kita untuk gas LPG tidak kurang dari sekitar Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun per tahun," kata Bahlil.

Oleh karena itu, Presiden memerintahkan agar proyek kerja sama dengan Air Products dapat optimal dalam membangun hilirisasi DME sehingga mengurangi kebutuhan impor LPG.

Air Products & Chemicals merupakan perusahaan pengolahan gas dan kimia asal AS yang berdiri sejak 1940. Pada 4 November 2021 Air Products telah menandatangani MoU menggandeng BUMN dan perusahaan nasional untuk empat proyek, yakni proyek batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) bersama PT Indira Energy Tbk, proyek gas alam menjadi amonia biru dengan PT Butonas Petrochemical Indonesia, proyek batu bara menjadi DME dengan PT Batulicin Enam Sembilan dan proyek gasifikasi batu bara untuk produksi metanol dengan PT Bukti Asam.

Selain itu, Air Products juga menambah investasi sebesar 3 miliar dolar AS dalam pengembangan energi baru terbarukan bersumber dari air."Air Products fokus untuk bagaimana mengelola bendungan-bendungan yang dimiliki oleh Negara yang dibangun oleh Kementerian PUPR untuk dibangun hidrogen," kata Bahlil.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement