Sabtu 21 May 2022 10:59 WIB

Resesi Ekonomi: Ini Pengertian, Penyebab, Dampak, Ciri, dan Contoh Kejadiannya di Indonesia

Resesi adalah penurunan yang terjadi pada perekonomian negara

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Resesi Ekonomi
Resesi Ekonomi

Saat mendengar istilah resesi ekonomi, hal yang langsung terlintas di benak masyarakat tentu berkaitan dengan masalah keuangan dan kondisi finansial yang buruk. Ya, resesi ekonomi adalah istilah yang menjadi momok pada hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia. 

Tidak hanya memengaruhi kondisi keuangan, fenomena tersebut juga berdampak pada sektor investasi, pajak, hingga kualitas hidup dari masyarakat secara umum. Oleh sebab itu, pemahaman tentang apa itu resesi ekonomi ini penting untuk dipelajari, termasuk pula dalam hal penyebab, dampak, dan juga cirinya.

Di Indonesia sendiri, fenomena ekonomi ini sudah pernah terjadi dan berhasil diatasi. Lantas, apa yang dimaksud dengan resesi ekonomi tersebut? Untuk lebih jelasnya, simak ulasan tentang apa itu resesi, penyebab, dampak, ciri, dan contoh kejadiannya di Indonesia berikut ini.

Baca juga: Fix! Indonesia Resmi Resesi. Ini Buktinya

Apa Itu Resesi Ekonomi?

resesi ekonomi

Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi atau resesi adalah masa atau periode ketika terjadi penurunan para roda perekonomian. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya PDB atau produk domestik bruto selama 2 kuartal sekaligus. 

Terjadinya resesi juga diindikasikan oleh kenaikan jumlah pengangguran, kontraksi pada pendapatan manufaktur, dan penurunan penjualan produk ritel dengan jangka waktu panjang. Jadi, resesi bisa diartikan sebagai kontraksi atau pelambatan besar pada aktivitas ekonomi di sebuah negara.

Di samping itu, definisi lain dari resesi adalah penurunan kegiatan ekonomi secara signifikan dan berlangsung selama beberapa bulan. Jika pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu mencapai 0% atau bahkan minus, hal tersebut juga bisa disebut sebagai resesi. Jika dibiarkan dalam waktu lama, fenomena ekonomi ini mampu berujung pada kebangkrutan ekonomi dan kekacauan di masyarakat.

Penyebab Resesi Ekonomi

Ada berbagai macam penyebab terjadinya resesi, mulai dari hal yang berkaitan dengan ekonomi, teknologi, ataupun fenomena khusus lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa penyebab umum terjadinya resesi. 

  • Guncangan Ekonomi

Adanya guncangan ekonomi sebagai pemicu resesi ini sempat terjadi di berbagai negara di dunia akibat pandemi virus Corona. Masalah ini juga berdampak pula pada perekonomian Indonesia. Tanda dari terjadinya guncangan ekonomi adalah daya beli yang melemah akibat masyarakat atau perusahaan mengalami masalah finansial. 

  • Tingkat Suku Bunga yang Tinggi

Pemicu yang kedua adalah tingginya tingkat suku bunga. Suku bunga yang tinggi sebenarnya mampu menjaga nilai tukar mata uang agar tidak kalah dengan nilai valuta asing. Namun, hal tersebut juga bisa membebani pihak debitur serta memicu kredit macet yang jika berlangsung dalam waktu lama bisa menyebabkan industri perbankan kolaps. 

  • Kepercayaan Investor yang Hilang

Investasi adalah aspek yang penting pada perkembangan ekonomi. Karena itu, diperlukan iklim investasi yang kondusif agar kepercayaan investor senantiasa tinggi, termasuk dari segi keamanan ataupun proyek strategis.

Jika kepercayaan investor telah hilang, perkembangan ekonomi menjadi lebih lesu dan melemahkan geliat produksi. Secara tidak langsung, hal tersebut juga meningkatkan jumlah pengangguran dan pelemahan daya beli masyarakat. Dampaknya, perekonomian negara lebih berisiko untuk jatuh ke lubang resesi. 

  • Inflasi

Ketika harga produk dan jasa meningkat dalam periode tertentu, hal tersebut bisa disebut sebagai inflasi. Inflasi ini memicu penurunan daya beli konsumen guna menjaga kondisi ekonominya. Imbasnya, tingkat produksi menurun dan bisa meningkatkan risiko pengangguran, kemiskinan, sampai resesi. 

  • Deflasi

Sebaliknya, deflasi adalah kondisi di mana harga produk mengalami penurunan. Walaupun hal ini mampu meningkatkan daya beli masyarakat, deflasi yang berlangsung secara terus-menerus mampu membuat konsumen menunda aktivitas belanja dan menunggu sampai nominal terendah. Hal ini tentu saja bisa membuat daya beli malah melemah dan mengurangi aktivitas produksi dari perusahaan. 

  • Gelembung Aset

Penyebab yang terakhir adalah gelembung aset yang terjadi ketika masyarakat membeli jenis properti, seperti rumah, tanah, atau saham dengan nominal yang tinggi. Aktivitas tersebut umumnya dilakukan karena spekulasi harganya yang akan terus meningkat di masa mendatang. Akibatnya, inflasi akan terjadi namun hanya secara khusus pada objek properti saja.  

Dampak Resesi Ekonomi

Dampak dari resesi ekonomi tentu akan dirasakan oleh semua kalangan, baik itu pemerintah, perusahaan, ataupun pekerja. Berikut adalah dampak dari melambatnya pertumbuhan ekonomi terhadap pihak-pihak tersebut.

  • Dampak pada Pemerintah

Pertumbuhan ekonomi yang terhenti membuat pendapatan negara yang berasal dari pajak maupun non pajak semakin menipis. Alasannya karena penghasilan masyarakat berkurang dan harga properti anjlok sehingga membuat jumlah PPN yang masuk pada kas negara rendah. 

Tingginya tingkat pengangguran juga mengharuskan pemerintah untuk membuka kesempatan kerja. Jika tingkat pendapatan negara tidak mampu mengantisipasinya, mau tidak mau pemerintah harus mengajukan pinjaman pada perbankan asing. 

  • Dampak pada Perusahaan

Dampak resesi bagi perusahaan atau bisnis adalah meningkatkan faktor risiko kebangkrutan. Saat banyak bisnis gulung tikar, penghasilan akan mengalami penurunan drastis serta memicu PHK. Hal tersebut tentu saja membuat daya beli masyarakat melemah dan tingkat permintaan akan berkurang secara signifikan.

  • Dampak pada Pekerja

Bagi pekerja, ekonomi yang terhenti bisa meningkatkan ancaman kehilangan pendapatan akibat PHK. Tanpa pendapatan, pekerja tentu kesulitan memenuhi kebutuhannya. Hal ini bisa membuat kestabilan iklim investasi dan sosial di sebuah negara terganggu. 

Ciri Resesi Ekonomi

Sebenarnya, mencermati apakah resesi ekonomi sedang terjadi pada sebuah negara tidak sulit untuk dilakukan. Pasalnya, ada beragam ciri-ciri yang menjadi indikasi dari fenomena tersebut, antara lain:

  • Tingkat Impor Lebih Tinggi Ketimbang Ekspor

Indikasi pertama resesi adalah tingkat impor lebih tinggi atau tidak sebanding dengan ekspor. Saat negara lebih sering mendatangkan kebutuhan dari negara lain, risiko defisit anggaran menjadi sangat tinggi. Hal tersebut bisa menyebabkan penurunan pendapatan nasional dan menghambat pertumbuhan ekonomi. 

  • Pelemahan Pertumbuhan Ekonomi selama 2 Kuartal Sekaligus

Pertumbuhan ekonomi yang melemah berturut-turut sampai 2 kuartal merupakan ciri kondisi finansial sebuah negara mengalami kemerosotan. Kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh investasi, aktivitas ekspor impor, konsumsi, pengeluaran serta pendapatan nasional yang tidak stabil.  

  • Terjadi Ketidakseimbangan Konsumsi dan Produksi

Saat tingkat produksi jauh melebihi jumlah konsumsi, artinya terjadi masalah penumpukan stok produk. Sebaliknya, jika tingkat konsumsi lebih besar ketimbang jumlah produksi, aktivitas impor secara besar-besaran akan terjadi. Kejadian tersebut bisa memicu pembengkakan pengeluaran serta penurunan laba perusahaan sehingga memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi. 

  • Jumlah Lapangan Kerja Berkurang

Semakin sedikit jumlah lowongan pekerjaan, secara otomatis jumlah pengangguran akan meningkat. Tidak hanya menunjukkan kondisi ekonomi yang lemah, situasi tersebut juga bisa memicu tindakan kriminal yang merusak tatanan keamanan dan sosial di masyarakat. Jika dibiarkan, kepercayaan investor untuk menanam modal akan hilang. 

Cara Atasi Resesi

Resesi ekonomi dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain:

  • Meningkatkan Tingkat Belanja

Cara pertama mengatasi resesi adalah meningkatkan daya beli dan melakukan aktivitas belanja secara masif. Meski begitu, pastikan untuk tetap memerhatikan kondisi keuangan dan tak melakukan pengeluaran hingga lepas kendali. 

  • Menumbuhkan Kembali Kepercayaan Investor

Selain mendorong daya beli, ekonomi dapat ditumbuhkan kembali dengan menyusun kebijakan serta proyek strategis yang mampu meningkatkan iklim investasi. Dengan begitu, investor akan lebih tertarik untuk menanamkan modal dan berinvestasi kembali. 

  • Meningkatkan Aktivitas UMKM

Cara terakhir untuk mengatasi resesi bisa dilakukan dengan meningkatkan aktivitas UMKM. Meski termasuk sebagai sektor yang terdampak, UMKM memiliki daya tahan yang lebih baik ketimbang perusahaan besar ketika pertumbuhan ekonomi mandek. 

Alasannya karena lingkup operasionalnya lebih kecil dan tidak rentan mengalami kerugian besar. Karenanya, bantuan finansial dari sektor ini perlu ditingkatkan agar aktivitas produksi bisa terus berjalan. 

Contoh Kasus Resesi di Indonesia

resesi ekonomi akibat virus Corona

Resesi Ekonomi Akibat Virus Corona

Resesi Ekonomi Indonesia pernah terjadi pada masa reformasi, tepatnya tahun 1998. Kala itu, penyebab dari terhentinya pertumbuhan ekonomi adalah diturunkannya kekuasaan Orde Baru atau masa jabatan Presiden Soeharto.

Lalu, resesi juga kembali terjadi beberapa waktu belakangan akibat pandemi. Geliat bisnis yang melemah dan kebijakan terkait penanganan pandemi yang mengharuskan masyarakat tak beraktivitas di luar rumah menyebabkan PDB merosot selama 2 kuartal. 

Baca juga: Begini Cara Menyelamatkan Keuanganmu Saat Ada Badai Resesi

Persiapkan Diri Terhadap Risiko Resesi dengan Tabungan dan Investasi

Itulah penjelasan lengkap mengenai apa yang dimaksud dengan resesi, penyebab, dampak, ciri, serta cara mengatasinya. Sebagai fenomena yang bisa saja terjadi kapan pun dan sangat memengaruhi finansial, masyarakat perlu mencari cara untuk menyiasatinya. Salah satu caranya dengan menyiapkan dana darurat dan berinvestasi agar kondisi keuangan pribadi terjaga dan mampu mendorong perekonomian negara.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement