Selasa 24 May 2022 23:59 WIB

Menko Airlangga: Negara G20 Harus Solid Jaga Stabilitas Ekonomi Dunia

Menko Airlangga menyebut negara G20 berperan 75 persen perdagangan dunia

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sebelumnya Indonesia juga pernah membuka Indonesia Pavilion di WEFAM 2018, 2019, dan 2020. Dalam rangkaian agenda kunjungan kerja ke Davos, Swiss pada Senin (23/5), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, berkesempatan hadir dan menyampaikan sambutan di Paviliun Indonesia pada perhelatan WEFAM 2022.
Foto: Istimewa
Sebelumnya Indonesia juga pernah membuka Indonesia Pavilion di WEFAM 2018, 2019, dan 2020. Dalam rangkaian agenda kunjungan kerja ke Davos, Swiss pada Senin (23/5), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, berkesempatan hadir dan menyampaikan sambutan di Paviliun Indonesia pada perhelatan WEFAM 2022.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 akhirnya kembali digelar setelah sempat vakum pada 2021 akibat pandemi Covid-19. Dalam forum ekonomi internasional tersebut, Indonesia mendapatkan kesempatan kembali terlibat melalui Indonesia Pavilion dan Indonesia Night.

Indonesia Pavilion merupakan sebuah wadah untuk berdiskusi, mengadakan seminar, dan menjalin koneksi dengan entitas dari negara lain. Sedangkan Indonesian Night bertujuan mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia ke dunia.

Sebelumnya Indonesia juga pernah membuka Indonesia Pavilion di WEFAM 2018, 2019, dan 2020. Dalam rangkaian agenda kunjungan kerja ke Davos, Swiss pada Senin (23/5), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, berkesempatan hadir dan menyampaikan sambutan di Paviliun Indonesia pada perhelatan WEFAM 2022. 

Ia merefleksikan pengalaman dunia dalam menghadapi pandemi Covid-19 pada dua tahun terakhir. “Dua tahun terakhir semua negara berada dalam keadaan sulit akibat pandemi Covid-19. Kabar baiknya, Indonesia menunjukkan ketahanannya dan mulai menunjukkan proses recovery dimana perekonomian Indonesia pada kuartalI tahun ini mencatat pertumbuhan sebesar 5,1 persen year on year (yoy),” tuturnya.

Airlangga juga berbicara mengenai isu global terutama permasalahan geopolitik yang memberikan tantangan tersendiri bagi Presidensi G20 Indonesia. Menko Airlangga turut menekankan agar dunia tidak menutup mata pada permasalahan-permasalahan global lainnya yang terjadi secara simultan dengan konflik Rusia-Ukraina seperti agenda perubahan iklim dan vaksinasi yang belum merata di seluruh dunia. 

“Perang di Ukraina mempertanyakan eksistensi G20. Ada juga perdebatan sengit tentang siapa yang harus atau tidak boleh diundang. Sebagai Presidensi G20, kepentingan Indonesia adalah menjaga keutuhan G20. G20 harus dipertahankan sebagai G20 – bukan menjadi G19, atau G13,” tegas dia.

Menko Perekonomian turut menekankan pentingnya peran dan kerja sama semua anggota G20 dalam menjaga stabilitas dunia. “Selama krisis keuangan global 2008, G20-lah yang mencegah ekonomi dunia jatuh lebih dalam ke jurang depresi. Negara-negara yang membentuk G20 terdiri dari dua pertiga dari populasi dunia, 85 persen dari PDB dunia, 75 persen dari perdagangan dunia, dan 80 persen dari investasi global. Keputusan yang dicapai di G20 akan memperbaiki banyak hal di dunia ini,” ujar Airlangga.

Terakhir, dirinya mengharapkan supaya semua anggota G20 dapat hadir secara fisik, pada rangkaian pertemuan G20. Dengan begitu dapat menghasilkan konsensus global demi recovery dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan sesuai dengan slogan Presidensi G20 Indonesia Recover Together, Recover Stronger.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement