Rabu 25 May 2022 23:12 WIB

Kementerian Investasi Boyong Sejumlah Minat Investasi dari WEF 2022

Menteri Bahlil menyebut minta investasi terbesar adalah soal karbon

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
\Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membawa pulang sejumlah minat investasi dari Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2022 di sejumlah sektor. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut sejumlah sektor yang banyak peminatnya,antara lain, terkait dengan karbon, hilirisasi, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
\Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membawa pulang sejumlah minat investasi dari Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2022 di sejumlah sektor. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut sejumlah sektor yang banyak peminatnya,antara lain, terkait dengan karbon, hilirisasi, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membawa pulang sejumlah minat investasi dari Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2022 di sejumlah sektor.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut sejumlah sektor yang banyak peminatnya,antara lain, terkait dengan karbon, hilirisasi, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara."Animo paling besar itu karbon. Karbon ini barang baru di Indonesia," katanya dalam konferensi pers WEF 2022 yang dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu (25/5/2022) malam.

Bahlil menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan CEO Standard Chartered Bill Winters dan sepakat untuk membahas masalah karbon Indonesia di Jakarta.

Bill Winters sendiri merupakan Ketua Taskforce on Scaling Voluntary Carbon Markets, yang menetapkan standar global untuk kredit karbon berkualitas tinggi. Bahlilpun mendorong agar pasar karbon Indonesia harus dibangun di Indonesia, bukan di luar negeri.

"Kami sepakat bahwa pasar karbon Asia Tenggara itu, bursa sahamnya di Singapura. Saya katakan, kenapa harus Singapura? Kenapa tidak di Indonesia? Jadi, ada beberapa perusahaan bangun di sana (Singapura). Akan tetapi, saya minta untuk Indonesia, tetap harus bikin di Indonesia. Jangan barang Indonesia dijual di tempat lain," katanya.

Sektor lain yang diminati investor global, lanjut Bahlil, adalah hilirisasi. Ia mengungkapkan telah bertemu dengan perusahaan asal Swiss untuk hilirisasi batu bara rendah kalori menjadi DME dan ethanol.

"Nilai investasinya belum diumumkan karena mereka akan melakukan kajian lebih detail," katanya.

Minat investasi lainnya juga disampaikan untuk pembangunan IKN. Meski demikian, Bahlil tidak memerinci soal nilai hingga proyek tertentu yang dibidik.

"Minat investasi yang ada, saya mohon maaf, belum bisa kami kalkulasi secara pasti karena sebagian teman-teman yang menyampaikan minat investasi buat komitmen agar jangan dahulu dibocorkan ke media. Akan tetapi, yakinlah oleh-oleh yang kami bawa dari WEF cukup baik," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement