EKBIS.CO, JAKARTA — PT Len Industri (Persero) membuka peluang kerja sama di bidang transportasi kereta dan energi surya dengan Zimbabwe. Hal tersebut muncul setelah Wakil Presiden (Wapres) Zimbabwe Constantino Chiwenga tiba di Bandung dan melakukan kunjungan kerja di PT Len Industri beberapa waktu lalu.
Terdapat sejumlah potensi yang dapat digarap oleh Len Industri melalui anak usahanya PT Surya Energi Indotama (SEI) dalam bidang energi surya. “Terdapat sejumlah prospek atau potensi bisnis kerja sama dengan Pemerintah Zimbabwe di bidang energi baru dan terbarukan,” kata Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis SEI I Made Sandika D kepada Republika.co.id, Senin (30/5/2022).
Sandika menjelaskan beberapa proyek potensial tersebut yakni pembangunan pembangkit Independent Power Producer (IPP). Selain itu juga partnership dengan beberapa private business di Zimbabwe seperti Zimbabwe Power Company (ZPC), Zimbabwe Energy Regulatory Authority (ZERA), Rural Electification Fund (REF), dan Ministry of Energy and Power Development (MoEPD).
Tak hanya itu, Sandika menyebut juga ada proyek potensial pembangunan Solar Roof Top (SEI sebagai EPC). Begitu juga dengan pengalikasian tenaga surya dalam pembuatan pompa air pertanian.
“Kalau dari dua proyek rooftop yang sempat di survei itu nilainya sekitar 474.777 dolar AS. Itu di luar dari IPP yang pasti akan lebih tinggi lagi,” ungkap Sandika.
Direktur Bisnis dan Kerja Sama PT Len Industri Wahyu Sofiadi mengharapkan akan ada kerja sama yang baik untuk kedua pihak. Selain itu juga menguatkan semangat dan kerjasama kita sebagai Solidaritas Asia-Afrika.
Wahyu menilai Zimbabwe memiliki posisi strategis di sektor perkeretaapian karena dilalui sebagai jalur negara-negara sekitarnya. Sementara untuk sektor energi terbarukan, Zimbabwe merupakan daerah dengan intensitas paparan sinar matahari yang tinggi.
“Keduanya cocok untuk pengembangan teknologi perkeretaapian dan pembangkit listrik tenaga surya,” ujar Wahyu.
Terlebih, anak usaha Len Industri yakni PT Len Railway Systems (LRS) dinilai memliki pengalaman yang baik. Direktur Pemasaran dan Penjualan LRS Agung Suryantoro mengatakan LRS telah membangun sistem persinyalan di 250 lebih stasiun dan 2.550 kilometer jalur kereta di Indonesia selama lebih dari 15 tahun.
“Pembangunan jalur kereta ini semuanya dengan tepat waktu,” kata Wahyu.
Wahyu menjelaskan LRS sebagai railway total solution selama ini mensuplai produk teknologi seperti simulator kereta, sistem persinyalan, telkomunikasi Supervisory Control And Data Acquisition, dan power and substasion untuk sistem perkeretaapian. Hal tersebut baik pengadaan baru maupun revitalisasi atau modernisasi sistem perkeretaapian.
Pada level internasional, LRS juga telah mengekspor ke Filipina, Bangladesh, Thailand dan Malaysia. Terbaru, pada 19 Mei 2022, LRS mendapatkan kontrak senilai 585 juta peso atau sekitar Rp 170 miliar untuk sistem persinyalan kereta di sepanjang 28 km Jalur Tutuban-Alabang, Filipina.
“Ini adalah kepercayaan luar biasa dari negara-negara berkembang,” tutur Wahyu.
Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Zimbabwe Constantino Chiwenga mengungkapkan saat ini otoritas terkait sedang mempertimbangkan penawaran yang diajukan Len Industri. Chiwenga mengatakan proyek revitalisasi perkeretaapian penting untuk kebangkitan ekonomi kami.
“Kami menginginkan sistem perkeretaapian yang kuat dan efisien untuk memfasilitasi pergerakan ekspor dan impor kami ke dan dari pantai karena kami adalah negara yang terkurung daratan,” jelas Chiwenga.
Chiwenga mengaku terkesan dengan kapasitas Len Industri dalam sistem persinyalan kereta, elektronika pertahanan, ICT serta sistem navigasi. Chiwenga juga memahami bahwa Len memiliki banyak pengalaman dan sertifikasi standar internasional yang dapat kami manfaatkan.