EKBIS.CO, JAKARTA -- Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR pada 7 Mei 2022, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan laba BUMN pada 2021 mencapai Rp 126 triliun atau tumbuh 869 persen dari tahun sebelumnya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menjadi kontributor laba terbesar.
BRI menjadi BUMN yang mencatatkan laba tertinggi sebesar Rp 32,22 triliun pada 2021 atau setara 25,5 persen dari total laba seluruh BUMN. Direktur Utama BRI Sunarso mengapresiadi pencapaian Kementerian BUMN yang berhasil mendorong kinerja seluruh perusahaan BUMN melalui transformasi di tengah kondisi pemulihan ekonomi pascapandemi.
“Transformasi yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN terbukti memberikan dampak positif terhadap BRI dan seluruh perusahaan BUMN secara umum, oleh karenanya transformasi ini akan terus kami perkuat untuk menjaga keberlanjutan bisnis ke depan,” kata Sunarso dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (12/6/2022).
Sunarso menjelaskan penopang utama pertumbuhan laba BRI di sepanjang 2021 lalu terletak pada kinerja kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh positif. Selain itu juga penurunan biaya bunga yang signifikan dan disaat bersamaan perseroan mampu mengelola portfolio mix dan kualitas aset sehingga dapat meningkatkan yield asset.
“Raihan laba BRI membuktikan perseroan dapat terus meng-create economic value kepada seluruh stakeholders di tengah kondisi yang menantang,” tutur Sunarso.
Sebagai bentuk economic value creation yang diusung perseroan, Sunarso mengatakan BRI juga menyetorkan dana sebesar Rp 27,09 triliun kepada negara sepanjang 2021. Setoran tersebut terdiri dari pembayaran pajak senilai Rp 20,17 triliun dan pembayaran dividen atas laba tahun buku 2020 senilai Rp 6,92 triliun.
“Apabila ditarik lebih jauh, sejak 2019 hingga 2021 BRI telah menyetorkan pajak dan dividen kepada negara dengan jumlah total mencapai Rp 82,03 triliun,” jelas Sunarso.
Dia menambahkan, BRI telah menyiapkan empat strategi utama untuk meneruskan capaian positif hingga akhir 2022. Pertama yakni selective growth yaitu BRI berfokus pada sektor yang memiliki potensi tinggi, dengan eksposur minimum terhadap gejolak eksternal, yaitu sektor pertanian, industri bahan kimia, serta makanan, dan minuman.
Selain itu BRI akan meneruskan strategi business follow stimulus dengan memfokuskan pertumbuhan berdasarkan stimulus pemerintah untuk membantu penguatan pertumbuhan ekonomi domestik.
Selanjutnya, Sunarso memastikan BRI akan fokus pada kualitas, selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi.
Untuk menjaga profitabilitas, dia menegaskan, BRI fokus pada pinjaman dengan high yield tinggi yaitu segmen mikro dan consumer loan. Selain itu juga meningkatkan efisiensi melalui peningkatan dana murah (CASA).
"Dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang baik, BRI Group akan terus fokus di segmen UMKM, utamanya mikro dan kemudian dengan cara-cara yang efisien, dan value yang diciptakan harus kembali ke mikro dan itu akan menjadi putaran bola salju yang makin besar sehingga akan semakin besar value creation kepada seluruh stakeholders," jelas Sunarso.