EKBIS.CO, JAKARTA— Pemerintah menyebut tingginya surplus neraca perdagangan akan mendorong kinerja ekspor. Hal ini menjadi salah satu pendorong kinerja pertumbuhan PDB kuartal II 2022.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan pelonggaran restriksi mobilitas di China juga diharapkan dapat meningkatkan kembali kinerja ekspor ke China meskipun pemulihan aktivitas di negara tersebut masih membutuhkan waktu.
"Dengan berbagai faktor tersebut, pemerintah optimistis kinerja perdagangan akan semakin menguat, meningkatkan posisi keseimbangan eksternal dan terus mendorong penguatan pemulihan ekonomi nasional," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (18/6/2022).
Ekspor Indonesia pada Mei 2022 sebesar 21,51 miliar dolar AS atau turun 21,29 persen dari April 2022 dan tumbuh 27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara akumulatif pada Mei 2022, ekspor migas mampu tumbuh 35,9 persen (ytd), sementara ekspor non-migas mengalami pertumbuhan 36,4 persen.
Dari sisi produksi, kinerja ekspor pertambangan tumbuh paling tinggi sebesar 114,2 persen (yoy), sementara pertanian 20,32 persen (yoy), dan manufaktur tumbuh 7,78 persen (yoy). Kenaikan harga komoditas global yang terjadi saat ini berdampak pada kinerja ekspor terutama komoditas energi, mineral dan logam.
"Di tengah upaya pemerintah untuk mengendalikan lonjakan harga dan memastikan kecukupan pasokan minyak goreng domestik melalui pelarangan ekspor CPO secara temporer, kinerja ekspor nonmigas masih mampu tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekspor nonmigas yang terus berlanjut akan semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional," ucapnya.
Kinerja impor juga masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 30,74 persen (yoy). Meski secara bulanan, kinerja impor mengalami perlambatan pada Mei 2022 minus 5,81 persen sejalan dengan pergerakan indikator PMI manufaktur yang melambat, meski masih dalam zona ekspansif.
Secara tahunan impor migas tumbuh 62,64 persen dan impor nonmigas tumbuh 25,33 persen. Komoditas yang masih mendorong peningkatan impor Mei 2022 antara lain, gula dan kembang gula, bahan bakar mineral, dan daging hewani. Sementara itu, impor bahan baku tumbuh 33,95 persen (yoy), barang modal 29,18 persen, dan barang konsumsi 7,83 persen.
"Pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku menunjukan masih kuatnya permintaan dalam negeri seiring masih berlanjutnya ekspansi aktivitas industri. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi yang tumbuh lebih tinggi pada Mei 2022 jika dibandingkan April 2022 mengindikasikan semakin kuatnya pemulihan daya beli masyarakat," ucapnya.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia masih terus melanjutkan kinerja yang positif dengan mencatatkan surplus sebesar 2,9 miliar dolar AS pada Mei 2022. Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan dengan April 2022 yang mencapai 7,56 miliar dolar AS, namun tetap melanjutkan tren positif selama 25 bulan berturut-turut.
"Namun demikian, pemerintah akan terus memonitor dan mewaspadai berbagai potensi risiko global yang berdampak pada kinerja perdagangan Indonesia, khususnya perkembangan terakhir terkait dinamika inflasi di Amerika Serikat serta respons lebih agresif dari the Fed," kata Febrio.