EKBIS.CO, JAKARTA--Sukses membangun kerajaan bisnis properti di Australia, bukan membuat Crown Group tidak berminat melanjutkan rencana bisnis propertinya di Tanah Air. Namun, impian itu masih harus tertunda akibat pandemi Covid-19 yang membuat sejumlah rencana perlu dievaluasi ulang.
"Covid-19 membuat segalanya menjadi delay, kami masih mencari tanah di lokasi lain yang cocok," kata Iwan Sunito, CEO Crown Group, dalam diskusi daring, Selasa (21/6/2022). Pihaknya sebelum pandemi telah berencana membangun proyek properti di kawasan Ancol, namun hal itu harus tertunda. Meski demikian, pihaknya tetap bersemangat membangun usaha properti di Tanah Air ke depannya.
"Kami sudah menjajaki Bali sebagai proyek pertama," kata Iwan. Tanpa merinci lebih jauh lokasinya, Iwan menyebutkan timnya telah bekerjasama dengan pengembang Australia yang paham dengan kondisi di Bali untuk memulai bisnis properti di pulau dewata ini. "Memang kalau sudah dimulai jalan akan lebih mudah ke depannya," katanya.
Iwan juga menuturkan rancang bangun proyek properti saat ini sudah sewajarnya mengacu kepada kepedulian terhadap lingkungan. Penerapa konsep hijau dan berkelanjutan itu sejalan dengan perawatan lingkungan di semua bidang untuk mencapai net zero pada 2050.
Rencana itu telah dijalankan di Australia yang didasarkan pada kebijakan yang ada. Hal itu akan dipandu lima prinsip yang akan memastikan peralihan Australia ke net zero economy yang tidak akan mengancam industri, wilayah, atau pekerjaan yang sudah ada sebelumnya."Di Crown Group, kami telah menerapkan prinsip-prinsip dasar green building semenjak tahun 2010, menciptakan tren hunian baru di dunia," kata Iwan.
Hal ini terlihat pada Arc by Crown Group, Infinity by Crown Group, Waterfall by Crown Group, The Grand Residences dan sekarang Mastery by Crown Group. Konsep yang menyatu dengan alam, penggunaan material berbahan dasar kayu dan bisa daur ulang, ruang tamu yang luas dengan sirkulasi udara maksimal serta keberadaan pintu kaca besar yang memungkinkan sinar matahari dapat menyinari secara alami, sehingga mengurangi konsumsi listrik.
Sebelum akhir 2022, pihaknya akan meluncurkan ONE Global Capital, sebuah holdings baru yang akan berfokus kepada Ritel, Pembangunan Hunian, Hotel dan Convention."Kami saat ini sedang dalam tahap finalisasi sebelum kami perkenalkan kepada publik."Keberadaan ONE Global Capital sangat dibutuhkan untuk kegiatan ekspansi usaha ke sektor-sektor yang saat ini belum tersesentuh" jelas Iwan.
Berbicara tentang migrasi, Iwan setuju dengan sikap Dewan Bisnis Australia, menyerukan kepada Pemerintahan Albanese untuk meningkatkan jumlah migran yang masuk ke Australia yang dapat membantu pemulihan ekonomi Australia. Migrasi turun selama pandemi dan saat ini dibatasi pada 160.000 jiwa. Business Council of Australia ingin meningkatkan Batasan tersebut menjadi 220.000 jiwa pada tahun 2022-23 dan 2024, dan kemudian kembal lagi ke 190.000 jiwa.
Berdasarkan Biro Statistik Australia, pada akhir Juni 2019, 88.740 orang kelahiran Indonesia tinggal di Australia, 29,4 persen lebih banyak dari jumlah (68.570) pada 30 Juni 2009. Ini adalah salah satu komunitas migran terbesar di Australia, setara dengan 1,2 persen komunitas migran Australia dan 0,3 persen dari total populasi Australia.
Jumlah mahasiswa Indonesia di Australia yang tercatat per tanggal 28 Juni 2021 sebanyak 12.645 mahasiswa. "Ini menempatkan Indonesia di peringkat 6 jumlah mahasiswa asing terbanyak di Australia setelah Tiongkok, India, Nepal, Vietnam dan Malaysia," katanya.