Ahad 26 Jun 2022 07:55 WIB

Hasil Lab BBVeteriner Maros Pastikan Kematian Sapi di Sulsel Negatif Antraks

Kepastian diperoleh dari hasil investigasi tim gabungan dinas pertanian dan BBVet

Red: Hiru Muhammad
Tenaga medis hewan sedang memeriksa kesehatan reproduksi sapi di Maros Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. (ilustrasi)
Foto: Humas Ditjen PKH Kementan.
Tenaga medis hewan sedang memeriksa kesehatan reproduksi sapi di Maros Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. (ilustrasi)

EKBIS.CO, MAROS--Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, Kementerian Pertanian (Kementan) Risman Mangidi memastikan satu ekor sapi yang mati di Desa Marumpa Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan pada 23 Juni lalu negatif antraks. Hal tersebut Ia sampaikan dalam keterangan tertulisnya Ahad, (26/06/2022).

Menurutnya, kepastian ini diperoleh setelah hasil dari investigasi dan penggalian informasi yang dilakukan oleh tim gabungan dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Maros bersama BBVet. Tim Investigasi BBVet Maros dipimpin oleh drh. Erdi Purwanto, M.Biomed bersama  Drh. Nana Junita dan Arham dari Puskeswan Kab. Maros. 

Baca Juga

Risman mengungkapkan, sampel dari kasus kematian ternak tersebut terkonfirmasi negatif B.antracis penyebab Antraks. "Hasil ini diketahui setelah dilakukan pengujian labolatorium," ujar Risman.

Ia menjelaskan, pengambilan sampel dilakukan di lokasi kematian dengan aseptis dengan memperhatikan biosekuriti, serta resiko terhadap kemungkinan kematian ternak tersebut yang disebabkan oleh agen yang bersifat zoonosis dan berbahaya.

Menurutnya, sampel yang diambil berupa tanah di sekitar daerah lubang kumlah pada posisi sapi mati, swab, preparat ulas dan potongan telinga. Selanjutnya dilakukan pengujian isolasi bakteri di laboratorium BBVet Maros untuk mengkonfirmasi penyebab kematian ternak tersebut.

"Selama ini di Sulawesi Selatan, penyebab kematian mendadak ternak ruminansia secara umum disebabkan oleh keracunan, malnutrisi dan antraks", ungkap Risman. "Karena merupakan daerah endemis antraks, sehingga nekropsi bukan merupakan pilihan yang harus dilakukan.", imbuhnya.

Lebih lanjut Risman katakan, jika daerah tersebut juga sebagian besar peternak melakukan pemeliharaan dengan sistem ekstensif. Ternak hanya berada di kandang pada malam hari dan siang hari dilepas ke area penggembalaan. "Cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini menyebabkan ternak dapat dehidrasi di area penggembalaan," urai Risman.

Meskipun sudah dipastikan negatif antraks, namun pihaknya akan melakukan investigasi lanjutan. Hal ini menurut Risman, untuk memastikan situasi penyakit hewan khususnya di Kabupaten Maros dalam kondisi terkendali dan aman.

"Untuk menelusuri penyebab kematian tersebut, akan dilakukan investigasi lanjutan dan monitoring bersama oleh tim Dinas Ketahanan Pangan Kab. Maros di wilayah kejadian kasus sekaligus untuk memastikan bahwa situasi penyakit hewan aman dalam menyambut Hari Raya Iduladha tahun 2022," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement