Sabtu 02 Jul 2022 21:03 WIB

Ratusan Petani Sawit SPKS di Rokan Hulu Riau Peroleh Sertifikat RSPO

Sertifikat RSPO untuk petani sawit upaya untuk mendongkrak mutu

Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi petani sawit. Sertifikat RSPO untuk petani sawit upaya untuk mendongkrak mutu
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Ilustrasi petani sawit. Sertifikat RSPO untuk petani sawit upaya untuk mendongkrak mutu

EKBIS.CO, JAKARTA— Anggota Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) di Kabupaten Rokan Hulu Riau yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Sawit Swadaya Tambusai Sejahtera (PPSTS) telah mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada awal 2022. Anggota dari perkumpulan PPSSTS yang mendapatkan sertifikasi RSPO berjumlah 102 petani dengan luas 345,94 ha.  

Manajer ICS dari perkumpulan PPSSTS, Mardoli, mengatakan anggotanya yang sudah sertifikasi adalah petani sawit swadaya murni dengan rata-rata luasan sekitar di bawah 3 ha, yang berlokasi di empat desa yaitu Desa Batas, Rambah, Sungai Kumango, dan Tambusai Barat.  

Baca Juga

Dia mengatakan, sebagai organisasi petani sawit dengan jumlah anggota 72 ribu yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, SPKS telah menargetkan anggotanya masuk dalam skema sertifikasi RSPO. 

Sekjen SPKS Nasional, Mansuestus Darto, mengatakan pihaknya memiliki komitmen untuk mentrasformasikan petani sawit anggota kami untuk masuk dalam standar pasar minyak sawit dunia. 

“Target kami pada 2023 akan ada 1.000 petani sawit anggota kami didorong masuk dalam sertifikasi RSPO, saat ini sudah ada 102 petani dengan luas 345,94 ha di Rokan hulu yang dapat sertifikasi RSPO, selanjutnya akan menyusul di Kab Sekadau-Kalbar, Paser-Kaltim, Siak-Riau, dan Labura Sumut. 

Menurut dia, sertifikasi RSPO sangat penting karena bisa menjadi bagian dari strategi untuk perbaikan tata kelola sawit di Indonesia yang selama ini banyak tantangannya. 

Dia menyebutkan, melalui skema sertifikasi RSPO petani sawit swadaya akan didata by name, by addres dan by spatial/polygon ini akan memperbaiki data petani sawit dan juga bisa mendukungan upaya pemerintah dalam percepatan STDB, kelembagaan berupa koperasi akan dibangun serta di bekali dengan pelatihan-pelatihan manajemen pengelolaan koperasi yang baik dan kuat, petani sawit juga akan mendapatkan pelatihan-pelatihan Good Agricultural Practice (GAP) seperti pemupukan, semprot, perawatan, panen, pelatihan hama terpadu (PHT), pelatihan penggunaan pestisida, dan lain-lain.  

Mansuetus menambahkan agar RSPO dan anggotanya bisa mendukung petani-petani swadaya di Indonesia untuk masuk dalam skema sertifikasi RSPO ini. 

Praktik-praktik perusahaan, menurut Mansuestus, harus berubah dari yang oportunis tidak peduli dengan petani sawit swadaya, menjadi baru, untuk memajukan petani kecil di Indonesia dan menghormati lingkungan.  

Dia berkeyakinan, ketika petani kecil mendapatkan sertifikasi, itu adalah langkah menuju transformasi pasar yang penting tidak hanya untuk pembangunan berkelanjutan tetapi juga agenda RSPO. 

Manajer Program Smallholder RSPO Indonesia, Guntur Prabowo,  memuji SPKS karena menyadari perlunya berkontribusi terhadap praktik pertanian berkelanjutan dengan melakukan transisi ini. 

“RSPO dengan senang hati mendukung memproses dan menyediakan dana melalui Smallholder Support Fund (RSSF) kami,” tutur dia seraya menambahkan bahwa RSPO menyambut anggota SPKS lainnya untuk mengikuti sertifikasi.    

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement