EKBIS.CO, JAKARTA -- PT PP Presisi Tbk menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi I Tahap I Tahun 2022. Obligasi ini resmi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai Rp 202,98 miliar.
Obligasi perseroan tahap I terdiri atas dua seri. Seri A dengan jumlah pokok obligasi Rp 102,27 miliar ditawarkan dengan tingkat bunga tetap obligasi sebesar 9,50 persen per tahun dalam jangka waktu obligasi tiga tahun sejak tanggal emisi atau hingga 30 Juni 2025.
Seri B dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 100,70 miliar ditawarkan dengan tingkat bunga 10,50 persen per tahun dalam jangka waktu obligasi 5 tahun yaitu pada 30 Juni 2027.
Direktur Utama Perseroan, Rully Noviandar mengatakan, dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk memenuhi belanja modal atau capital expenditure (capex) serta modal kerja perseroan.
"Alokasi dana sebesar 70 persen akan digunakan untuk capex yaitu berupa penambahan peralatan berat untuk menunjang proyek jasa pertambangan serta proyek civil work dan sebesar 30 persen akan digunakan untuk modal kerja Perseroan," ujar Rully dalam keterangannya, Selasa (5/7/2022).
Obligasi ini memperoleh peringkat idBBB+ dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pemeringkatan didasarkan pada data dan informasi dari Perseroan serta Laporan Keuangan Perseroan pada 31 Desember 2021 yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik.
Dalam obligasi ini, PPRE telah menunjuk tiga perusahaan sekuritas sebagai Penjamin Pelaksanan Emisi (PPE) atau Joint Lead Underwriter (JLU) yaitu PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, dan PT CIMB Niaga Sekuritas.
Sedangkan untuk Profesi Penunjang lainnya, PPRE menunjuk PT Bank Rakyat Indonesia sebagai Wali Amanat, Jusuf Indradewa & Partner selaku Konsultan Hukum, serta Nanette Cahyanie Handari Adi Warsito selaku Notaris.
"Penawaran obligasi ini menunjukkan komitmen kami dalam meningkatkan engineering capacity untuk menunjang proyek jasa pertambangan serta pekerjaan sipil serta kepercayaan investor kepada perusahaan kami dalam mewujudkan strategi manajemen untuk pertumbuhan berkelanjutan serta strategi keuangan yang mengacu pada prinsip berbasis risiko," jelas Rully.