Kamis 14 Jul 2022 09:27 WIB

Didukung Ekspansi Bisnis, Saham BUMN Ini Dinilai Prospektif

Berdasar ekspansi, Analis Samuel Sekuritas naikkan rating saham JSMR jadi buy

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dinilai prospektif didukung sejumlah ekspansi yang dilakukan Perseroan. Belum lama ini, JSMR menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham (PPJB) pada ruas tol layang Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ) dan melakukan spin-off 13 ruas tol ke Jasamarga Transjawa Tol (JTT).
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dinilai prospektif didukung sejumlah ekspansi yang dilakukan Perseroan. Belum lama ini, JSMR menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham (PPJB) pada ruas tol layang Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ) dan melakukan spin-off 13 ruas tol ke Jasamarga Transjawa Tol (JTT).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dinilai prospektif didukung sejumlah ekspansi yang dilakukan Perseroan. Belum lama ini, JSMR menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham (PPJB) pada ruas tol layang Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ) dan melakukan spin-off 13 ruas tol ke Jasamarga Transjawa Tol (JTT).

Atas prospek ekspansi ini, saham JSMR pun dinilai layak untuk dikoleksi. "Kami mengupgrade rating JSMR menjadi BUY dari HOLD," kata Analis Samuel Sekuritas Indonesia Andreas Kristo dalam risetnya.

Sebagai informasi, JSMR telah menandatangani Conditional Sale Purchase Agreement (CSPA/PPJB) untuk mengalihkan 2,26 juta lembar saham Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) ke Marga Utama Nusantara (MUN). Nilai transaksi ini mencapai Rp 4,03 triliun dengan potensi tambahan imbalan akuisisi Rp 359 miliar jika terjadi penyesuaian tarif.

Andreas melihat transaksasi ini memberikan beberapa hal positif bagi Perseroan, antara lain valuasi transaksi yang menarik di sekitar 2x PBV. Selain itu, utang JSMR turun sebesar Rp 10,4 triliun karena adanya dekonsolidasi, dimana setelah transaksi ini kepemilikan JSMR menjadi 40 persen. 

Aksi korporasi ini juga membuat beban bunga Perseroan mengalami penurunan yang diperkirakan mencapai sebesar Rp 800 miliar. JSMR juga mendapat laba divestasi asset yang mencapai hampir Rp 2 triliun sebelum pajak. 

Kinerja JSMR juga akan dipengaruhi spin-off 13 ruas tol ke JTT. Proses spin-off berjalan sesuai jadwal dengan JSMR melakukan pemisahan dan pengalihan kepemilikan saham atas 13 ruas tol Trans Jawa kepada JTT, dimana 99 persen saham JTT dimiliki oleh JSMR. Nilai transaksi ini mencapai Rp 18,11 triliun.

Ruas tol tersebut terdiri dari 4 ruas tol Divisi Regional Jasamarga Transjawa Tollroad yaitu Jakarta-Cikampek, Palimanan-Kanci, Semarang ABC dan Surabaya-Gempol. Sedangkan 9 ruas tol lainnya adalah anak usaha dan JV pada jalan tol layang MBZ, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi Kertosono, Surabaya-Mojokerto, Gempol-Pasuruan, Gempol-Pandaan, serta Pandaan-Malang. 

JSMR juga berencana melakukan equity fund raising melalui kerja sama dengan investor strategis atau IPO JTT pada semester pertama 2023. JSMR menargetkan IPO sebesar 10-30 persen kepemilikan dikisaran harga 2,3x-3,5X PBV atau sekitar Rp 4,18 triliun - Rp 19,07 triliun. 

Andreas memperkirakan IPO JTT ini akan mencapai 20 persen kepemilikan dengan harga 2.5x PBV. "Selain itu, kami perkirakan dana tersebut tidak digunakan untuk melunasi utang, melainkan untuk membiayai pembangunan jalan tol," kata Andreas.

Saat ini JSMR memiliki tugas untuk menyelesaikan penugasan pemerintah di Proyek Strategis Nasional (PSN) maupun proyek-proyek pendukung konektivitas di beberapa proyek jalan tol yaitu Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, Yogyakarta-Solo, Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Getaci), Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi), dan Jalan Akses Patimban. 

Biaya investasi untuk membangun tol tersebut diperkirakan mencapai Rp 125 triliun. Andreas memperkirakan siklus heavy capex tahap dua akan dimulai akhir 2023 dengan pembiayaan awal berasal dari dana divestasi jalan tol dan IPO JTT. Sebelumnya, heavy capex tahap satu terjadi di 2017 – 2020 dimana JSMR menyelesaikan 598 km jalan tol baru dengan rata-rata cash capex per tahun mencapai Rp 16 triliun.

Meskipun IPO JTT memberikan dampak positif, Andreas melihat terdapat potensi turunnya laba bersih Persersoan serta valuasi yang terlihat lebih mahal sebagai dampak negatif dari IPO JTT. IPO akan menyebabkan besar persentase profit after tax and minority (PATMI) terhadap profit after tax (PAT) menjadi lebih rendah. 

Dengan mengasumsikan IPO JTT di 2,3 PBV dengan 20 persen kepemilikan, PATMI FY21A dan 23F akan turun sekitar 10 persen. Dari sisi valuasi, dengan mengasumsikan market cap dan net debt yang tidak berubah, serta mempertimbangkan dampak turunnya PATMI dan naiknya minority equity, maka P/E dan EV/EBITDA akan terlihat lebih tinggi dibandingkan tanpa adanya IPO. 

"Meskipun begitu, kami berpendapat bahwa IPO JTT merupakan value creation bagi shareholders mengingat equity financing merupakan sumber dana yang menarik ditengah trend kenaikan tingkat suku bunga. Selain itu, jalan tol yang akan dibangun berada di lokasi strategis," terang Andreas.

Andreas meningkatkan peringkat JSMR menjadi BUY dari HOLD karena upside potensial yang lebih tinggi. Adapun target harga (TP) tidak berubah di Rp 4.150 atau sekitar 10,6x EV/EBITDA 22F. Saat ini JSMR diperdagangkan di 10,1x 22F EV/EBITDA dan 0,9x 22F P/B. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement