Selasa 19 Jul 2022 11:05 WIB

PGE Inisiasi Proyek Percontohan Teknologi Binary Dukung Transisi Energi Berkelanjutan G20

PGE mempersiapkan panas bumi sebagai base load energi baru terbarukan di Indonesia.

Red: Nidia Zuraya
Pertemuan G20 Sustainable Finance For Climate Action di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.
Foto: Dok PGE
Pertemuan G20 Sustainable Finance For Climate Action di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.

EKBIS.CO,  NUSA DUA -- PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai bagian dari Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE) mendukung percepatan  transisi energi berkelanjutan sebagai salah satu isu prioritas Presidensi G20 Indonesia.  Dalam mendukung hal tersebut PGE menginisiasi proyek percontohan peningkatan kapasitas terpasang panas bumi, melalui penerapan teknologi Binary dengan membangun Binary Unit di Lahendong, Kota Tomohon, Sulawesi Utara untuk menghasilkan potensi tambahan kapasitas listrik hingga 25 MW.

Ahmad Yuniarto,  Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), mengatakan perusahaan memiliki peta jalan pengembangan kapasitas terpasang di wilayah kerja panas bumi PGE hingga lima tahun kedepan. Hal ini untuk mempersiapkan panas bumi sebagai base load energi baru terbarukan di Indonesia.

Baca Juga

”PGE mengundang negara anggota G20 untuk bekerja sama dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia sebagai salah satu solusi dalam menghadapi isu-isu besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi menuju net zero emission 2060” kata Ahmad Yuniarto dalam acara G20 Sustainable Finance For Climate Action di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.

Ahmad menyebutkan, ada tiga area di mana kemitraan bisa dilakukan, yakni Co-generation, Co-production, dan Co-development. Pembangkitan bersama bisa dilakukan melalui optimalisasi uap air panas (Steam n Brines to green power) untuk melahirkan listrik ramah lingkungan (green electricity). Selain itu, ada empat bidang yang bisa dikerjakan bersama-sama (Co-production), yaitu pemanfaatan CO2 untuk bahan bakar alternatif; ekstraksi nano material yaitu dengan pemanfaatan kandungan berharga di fluida panas bumi (rare earth element); green hidrogen sebagai bahan bakar masa depan yang ramah lingkungan; dan green Metanol. Pengembangan bersama( co-development) bisa dilakukan untuk membangun Geo-eco tourism, dan Geo-agro industry. “Pada prinsipnya, operasi PGE harus efisien, termasuk dalam memanfaatkan waste,” ujar Ahmad Yuniarto.

Indonesia harus memanfaatkan secara optimal karunia Tuhan kepada negeri ini dalam bentuk cadangan panas bumi yang besar. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat saat ini Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 23,7 GW.

Ahmad Yuniarto menjelaskan, dalam menjalankan bisnis, PGE berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE. Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi. Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau),goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement