EKBIS.CO, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengapresiasi keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan. Hal itu dinilai sesuai harapan dunia usaha.
"Hal ini sesuai harapan kami dan sangat menggembirakan. Itu karena sangat suportif terhadap upaya peningkatan kinerja ekonomi nasional di tengah kondisi ekonomi global yg penuh uncertainty," ujar Wakil Ketua III Kadin Shinta Widjaja Kamdani kepada Republika, Jumat (22/7/2022).
Menurutnya, secara teori ada risiko terhadap stabilitas ekonomi. Khususnya di sisi pelemahan nilai tukar dan efek dominonya terhadap pertumbuhan dan peningkatan kinerja ekonomi nasional.
"Namun kami rasa BI cukup prudent dalam mengantisipasi risiko tersebut," kata Shinta.
Salah satunya, lanjut dia, dengan meningkatkan penjualan SBN di dalam negeri. Di satu sisi, hal itu menambah ruang fiskal pemerintah. Sementara di sisi lain juga memiliki efek positif terhadap penciptaan stabilitas makro dalam jangka pendek-menengah. Sebab, meningkatkan porsi utang dalam negeri pemerintah atau meminimalisir potensi gejolak moneter dan risiko gagal bayar pemerintah karena pelemahan nilai tukar.
Di samping itu, kata dia, pengusaha cukup yakin dengan kontrol inflasi yang baik dan dukungan yang konsisten untuk meningkatkan kondusifitas iklim usaha dan investasi nasional. Indonesia masih punya peluang yang sangat besar dalam menciptakan stabilitas.
"Bahkan penguatan nilai tukar sehingga risiko-risiko yang bisa terjadi karena kita mempertahankan suku bunga di level sama bisa diminimalisir atau bahkan hilang sama sekali," kata dia.
Shinta menambahkan, ke depannya, pengusaha hanya perlu fokus dalam hal pengendalian inflasi dan meningkatkan produktifitas atau kinerja ekonomi nasional. Tentu ke depannya perlu dilihat dan direviu kembali apakah dengan tingkat suku bunga yang ada masih bisa mempertahankan stabilitas dan kepercayaan pasar/investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
"Kalau tidak bisa, tentu perlu dipertimbangkan adanya intervensi-intervensi kebijakan lain," kata dia.
Pada dasarnya, jelasnya, nilai tukar akan ditentukan oleh faktor-faktor fundamental ekonomi negara tersebut. seperti kecukupan fiskal, BoP, struktur utang, kontrol inflasi, kesehatan kinerja ekonomi atau national productivity, dan lainnya. Bukan dari suku bunga acuan negara lain, meskipun suku bunga The Fed menjadi faktor yang cukup besar karena tingkat penggunaan dolar AS Indonesia cukup tinggi atau dependensi terhadap Amerika Serikat secara moneter.
Sehingga sedikit banyak, hal itu akan mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Hanya saja, selama Indonesia bisa mempertahankan fundamental ekonomi yang baik dan menciptakan kinerja ekonomi nasional yang baik atau tidak stagnan atau jauh lebih tinggi dibanding inflasi nasional.
"Pelemahan nilai tukar bisa dikoreksi sehingga tidak menciptakan beban berlebihan terhadap beban impor," ungkap dia.