Kamis 28 Jul 2022 19:38 WIB

Hadapi Tantangan Global, Mentan SYL Genjot Produksi Bibit Berskala Besar

Pengembangan produksi didorong untuk memenangkan tantangan krisis pangan dan energi

Red: Christiyaningsih
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong pengembangan produksi bibit pertanian bernilai ekonomi tinggi atau ekspor berskala besar di antaranya kopi dan kakao.
Foto: Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong pengembangan produksi bibit pertanian bernilai ekonomi tinggi atau ekspor berskala besar di antaranya kopi dan kakao.

EKBIS.CO, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong pengembangan produksi bibit pertanian bernilai ekonomi tinggi atau ekspor berskala besar di antaranya kopi dan kakao. Pengembangan produksi ini didorong untuk memenangkan tantangan krisis pangan dan energi di masa depan.

Oleh karena itu, mantan gubernur Sulsel dua periode ini meminta jajarannya untuk menyiapkan bibit kopi di tahun 2022 sebanyak tiga juta pohon untuk meningkatkan nilai ekspor. "Tadi saya mencoba kopi rasanya enak sekali. Tapi sayang, kopinya belum dicicipi bapak presiden, para menteri dan masyarakat Indonesia, bahkan orang-orang di negara Eropa. Oleh karena itu, inovasi jangan sampai di sini. Tiga bulan, enam bulan ke depan harus lebih dan satu tahun ke depan Indonesia punya kekuatan tiga kali lipat dari yang ada saat ini. Produksi benih tidak boleh jumlahnya ratusan ribu tapi harus jutaan," kata Mentan SYL dalam kunjungan kerjanya ke Balai Penelitian Tanaman Industri (Balitri) di Sukabumi, Kamis (28/7/2022).

Baca Juga

Untuk mewujudkan hal ini diperlukan berani membuat terobosan dalam berinovasi sehingga bekerja tidak lagi dengan cara birokratik. Inovasi bibit yang dihasilkan harus dapat dikembangkan di berbagai daerah sehingga Indonesia yang saat ini menduduki posisi ketiga produksi kopi dapat dengan cepat menduduki posisi pertama di dunia ke depannya.

"Jangan beralasan tidak ada anggaran sehingga tidak bisa berinovasi dan memproduksi tiga kali lipat, ini cara kerja birokratik. Kita harus pakai nalar dan memanfaatkan potensi dengan maksimal. Apalagi sekarang ini dunia lagi bersoal. Amerika antre makanan dan Vietnam sedang menutup ekspornya. Jadi tanggung bangat kalau produksi kopi Indonesia di urutan nomor tiga, kita harus jadi peringkat satu dunia," tegasnya.

"Begitu juga dengan komoditas coklat kita, rasanya enak, nomor dua di dunia. Padahal coklat kita jauh lebih unggul, tahan panas, tidak mudah meleleh, dan rasa pahit menembus jantung dapat menjadi obat. Ke depan kita pun harus terobos agar kakao kita nomor satu dunia," pinta SYL.

Di sisi lain, Mentan SYL mengungkapkan tantangan global lain yang dihadapi adalah krisis energi. Pertanian menjadi sektor utama yang diharapkan untuk menyiapkan sumber energi baru terbarukan sebagai bahan bakar alternatif.

"Selain krisis pangan, kita juga menghadapi krisis energi, pembakar naik tiga kali lipat dari sekarang. Padahal kita punya mesin sendiri, CPO dan kemiri ada. Kita beli solar mahal Rp 10.000 dan solar dari kita produksi hanya Rp 6.000. Sawit kita banyak dan harunya bisa bikin minyak goreng sendiri karena mesinnya ada di sini. Jadi saya kasih challenge," ujarnya.

Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry mengatakan pihaknya melalui Balitri siap memproduksi bibit kopi sebanyak tiga juta pohon untuk disebar di awal bulan Desember 2022. Pasalnya, Balitri memiliki kapasitas produksi bibit kopi sebanyak empat juta pohon. Saat ini Balitri memiliki bibit kopi yang siap disalur sebanyak 130 ribu bibit kopi arabika dan 80 ribu bibit kopi robusta.

"Alhamdulilllah tahun ini arahan Pak Menteri untuk menyiapkan bibit kopi tiga juta bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan dan kami siap menyiapkan dan menyaluarkan di awal Desember tahun ini. Kita juga telah menghasilkan bibit kakao yang potensi hasilnya 3,7 ton yang sudah tersebar di beberapa daerah. Tahun depan, seluruh balai yang ada di daerah menghasilkan benih berstandar tersertifikasi sehingga biaya pengiriman jauh lebih murah. Kita akan membangun kebun induk untuk menghasil benih sumber di setiap provinsi," tambah Fadjry.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement