EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank BTPN Tbk membukukan laba bersih setelah pajak (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,68 triliun pada semester I 2022. Adapun realisasi ini tumbuh dua persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,64 triliun.
Plt Direktur Utama Bank BTPN Kaoru Furuya mengatakan pencapaian ini merupakan hasil dari strategi perusahaan yang senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. “Pencapain ini sekaligus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional," ujarnya saat konferensi pers virtual, Selasa (2/8/2022).
BTPN mencatat pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan. Berdasarkan data Bank Indonesia, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan sebesar 9,03 persen (yoy) pada Mei 2022.
Permintaan kredit bertumbuh sesuai dengan momentum pertumbuhan yang optimistis. Hal itu terlihat dari segmen korporasi yang meningkat sebesar 22 persen (yoy) dan adanya peningkatan pada kredit syariah sebesar 11 persen (yoy), sehingga total kredit yang disalurkan pada Juni 2022 mengalami peningkatan sebesar 10 persen (yoy) ke posisi Rp 149,26 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 135,57 triliun.
BTPN juga mencatatkan peningkatan aset sebesar 11 persen(yoy), dari Rp 175,93 triliun pada semester I 2021 menjadi Rp 195,47 triliun pada semester II 2022. Perusahaan juga mampu menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross Non-Performing Loan (NPL) yang berada level 1,35 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 1,46 persen dan masih relatif rendah dibanding rata-rata industri sebesar 3,04 persen pada Mei 2022.
BTPN mengoptimalkan jumlah dana pihak ketiga (DPK) melalui penyesuaian dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas bank, sehingga DPK meningkat sebesar tujuh persen (yoy) dari Rp 96,64 triliun pada Juni 2021 menjadi Rp 103,17 triliun pada Juni 2022.
Hal itu disebabkan oleh meningkatnya saldo dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar 38 persen (yoy) dari Rp 28,28 triliun menjadi Rp 38,93 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 29,3 persen menjadi 37,7 persen, sementara time deposit mengalami penurunan sebesar enam persen (yoy) menjadi Rp64,24 triliun.
Upaya menghimpun DPK dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih rendah, biaya dana atau cost of fund (Rupiah) turun dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.
BTPN juga terus memantau kualitas kredit nasabah, mengelola restrukturisasi kredit, dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit, tercatat penambahan biaya kredit sebesar enam persen menjadi Rp740 miliar.
Di tengah kondisi pandemi yang makin membaik, BTPN juga berhasil meningkatkan pendapatan bunga bersih sebesar dua persen (yoy) menjadi Rp 5,72 triliun pada paruh pertama tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,59 triliun.
Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh pertumbuhan kredit dan penurunan beban bunga sebesar sembilan persen (yoy) menjadi Rp 1,7 triliun dari Rp 1,88 triliun dengan meningkatnya saldo CASA serta menurunnya suku bunga time deposit. Namun sisi imbal hasil atau yield terjadi penurunan, sehingga berdampak pada lebih rendahnya marjin bunga bersih atau NIM dari 6,76 persen pada kuartal II 2021 menjadi 6,34 persen pada kuartal II 2022.
BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 181,3 persen dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 121,3 persen pada Juni 2022. Perusahaan mencatat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 25,2 persen.