EKBIS.CO, JAKARTA-- PT BTPN Tbk menyalurkan kredit Rp 149,2 triliun pada semester I 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 10 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 135,56 triliun.
Head of Digital Banking BTPN Irwan Tisnabudi mengatakan secara terperinci, kredit secara konsolidasi naik 10 persen yoy dari Rp 125,52 triliun menjadi Rp 138,1 triliun. Sementara itu, kredit syariah juga tumbuh 11 persen yoy menjadi Rp 11,14 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 10,04 triliun.
“Namun, portofolio lending atau pinjaman dari aplikasi Jenius masih relatif sangat kecil bagi BTPN,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Selasa (2/8/2022).
Menurutnya sejak dua tahun terakhir perusahaan menyadari harus mengelola kualitas portofolio yang lebih ketat daripada sebelumnya. Adapun kondisi tersebut membuat perusahaan tidak agresif memberikan pinjaman melalui Jenius.
“Sehingga memang 2020 sampai akhir 2021, kita Jenius tidak secara agresif memberikan pinjaman,” ucapnya.
Namun, Irwan menyampaikan sejak akhir 2021, Jenius mulai lebih agresif lagi untuk memberikan pinjaman, sehingga pertumbuhan pinjaman Jenius mengalami kenaikan sebesar 148 persen yoy pada Juni 2022.
“Secara tahunan growth kita 148 persen dibandingkan Juni 2021, sehingga Juni tahun ini kita sudah memberikan pinjaman lebih dari Rp 600 miliar. Tapi memang kontribusi Jenius masih sangat kecil dibandingkan total lending dari BTPN,” ucapnya.
Dari sisi jumlah nasabah, Irwan menyampaikan Jenius hampir merengkuh empat juta nasabah. Adapun, prediksi perusahaan dalam delapan bulan pada 2022, nasabah baru yang akan perseroan bukukan sudah hampir sama dengan total nasabah baru pada tahun lalu.
“Kami tidak pernah punya target berapa besar jumlah nasabah Jenius kami maunya semakin banyak semakin baik. Jadi semakin banyak menggunakan Jenius apalagi era digitalisasi dan era pandemi ini, kami berharap Jenius bisa memberikan kontribusi terhadap layanan digital life finance yang lebih baik lagi bagi nasabah pengguna Jenius,” tuturnya.
Sementara itu Plt Direktur Utama BTPN Kaoru Furuya menambahkan perusahaan mampu menjaga kualitas kredit. Hal ini tercermin dari rasio gross kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang berada level 1,35 persen.
“Rasio NPL menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,46 persen,” ucapnya.
Menurutnya rasio tersebut masih relatif rendah dibandingkan rata-rata industri sebesar 3,04 persen pada Mei 2022. Adapun permintaan kredit bertumbuh sejalan dengan momentum pemulihan ekonomi, terlihat dari segmen korporasi yang meningkat sebesar 22 persen secara tahunan.