EKBIS.CO, JAKARTA - Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai positif penyediaan bibit unggul jagung hibrida Kementerian Pertanian (Kementan) yang mampu berproduksi hingga 13,7 ton per hektare. Menurut Menko, penanaman jagung harus dimaksimalkan baik di lahan intensifikasi maupin ekstensifikasi. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi dalam rapat terbatas Senin (1/8/2022).
"Pemerintah sudah mendorong bibit unggul jagung yang bisa memproduksi antara 10,6 sampai 13,7 ton per hektare. Saat ini ada 14 varietas unggul antara lain Pertiwi 3, F1 PC, NK, Perkasa, Singa, Bima, Dahsyat dan P36," katanya.
Airlangga menyampaikan saat ini harga jagung di pasar global mencapai 335 dolar AS per ton atau setara dengan hitungan Rp 5.000 per kilogram. Karena itu dia berharap produksi jagung dapat ditingkatkan di sejumlah daerah. "Yang pasti Bapak Presiden memberi perhatian pada penggunaan alsintan baik dryer mapun alat lainnya," ujarnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo siap melaksanakan perintah Presiden Joko Widodo dalam melakukan penanaman jagung di wilayah Papua Barat, NTT, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara. Diketahui, total luas area yang ditanam nantinya mencapai 141 ribu hektare dan 86 ribu di antaranya merupakan lahan baru.
"Hari ini kami dapat kepastian dari bapak presiden untuk melakukan upaya-upaya peningkatan produksi dari hulu, pascapanen, sampai dengan off taker atau marketnya," ujarnya.
Mentan mengatakan semua lahan intensifikasi maupun lahan ekstensifikasi harus dilakukan pengolahan secara maksimal. Kementan, kata dia, menyiapkan berbagai perlengkapan seperti mesin dryer dan alat tanam maupun alat panen lainnya. "Sehingga toksin dan lain-lain bisa dikurangi sampai kadar air yang tadinya di atas 20 bisa jadi 14. Dengan begitu produksi kita sangat layak untuk di market atau di industrikan," katanya.
Sejauh ini, kata Mentan, produksi jagung nasional menunjukan perkembangan yang cukup bagus. Bahkan di tiga tahun terakhir ini Indonesia mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Jadi bukan hanya beras yang sudah sukses tidak impor, melainkan jagung juga sudah tidak impor. "Saya ingin sampaikan bahwa bukan hanya beras sebenarnya kita sudah tidak impor tetapi juga jagung. Kecuali yang berkaitan dengan kebutuhan industri termasuk pemanis dan lain-lain," sebutnya.