EKBIS.CO, JAKARTA -- Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengingatkan, Indonesia perlu mewaspadai ketegangan antara China dan Taiwan karena konflik keduanya bisa berdampak pada kinerja perdagangannya.
Selain konflik Rusia-Ukraina, ketegangan antara China dan Taiwan juga kini tengah menarik perhatian dunia. Itu terjadi setelah Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi mengunjungi Taipei dan menyebabkan konflik kedua negara tersebut makin memanas. Sekitar 2000 produk Taiwan dilarang beredar di China yang Sebagian besarnya merupakan produk pertanian dan bahan pangan.
"Konflik geopolitik ini perlu diwaspadai oleh Indonesia mengingat kedua negara tersebut merupakan mitra dagang penting Indonesia dalam dua dekade terakhir,” kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/8/2022).
Namun, Hasran mengatakan, perlu digarisbawahi dampak di sektor perdagangan ini hanya akan terjadi ketika konflik meningkat sampai ke level perang dan embargo ekonomi yang lebih luas.
Pada level seperti saat ini, konflik kedua negara tersebut tidak terlalu berdampak terhadap perdagangan Indonesia dan arus perdagangan ke kedua negara tersebut masih baik-baik saja.
Diketahui, China merupakan mitra dagang utama Indonesia dengan kontribusi ekspor-impor diatas 20 persen sepanjang tahun 2021. Kontribusi ini menempatkan China sebagai negara tujuan ekspor nomor 1 Indonesia dengan nilai ekspor sebesar 53,8 miliar dolar AS.
Tidak hanya itu, di tahun yang sama, China juga merupakan negara asal impor terbesar dengan nilai impor 56,3 miliar dolar AS.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke China di antaranya nikel, batu bara, lignite, minyak nabati, dan baja. Sementara impor Indonesia dari China di antaranya suku cadang alat transmisi, produk dan suku cadang elektronik, bawang putih, serta produk besi baja.
"China juga menjadi bagian dari proyek strategis di Tanah Air, misalnya proyek kereta cepat, smelter, bendungan dan pabrik-pabrik," tambah Hasran.
Perdagangan Indonesia dengan Taiwan juga terus tumbuh setiap tahunnya. Di tahun 2021, ekspor Indonesia ke Taiwan bernilai 7,0 miliar dolar AS dan itu menempatkan Taiwan sebagai negara tujuan ekspor terbesar ke sembilan bagi Indonesia.
Komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Taiwan berupa besi dan baja serta bahan bakar mineral. Sementara itu, impor Indonesia dari Taiwan pada tahun 2021 mencapai 4,35 miliar dolar AS yang didominasi oleh impor mesin dan perlengkapan elektrik yang mencapai 1,5 miliar dolar AS.
"Indonesia perlu meminimalisir resiko perdagangan akibat konflik kedua negara tersebut dengan mencari destinasi ekspor serta sumber impor dari negara lain," ujar dia.
Pendekatan tersebut, menurutnya dapat dilakukan dengan memaksimalkan perjanjian perdagangan bebas yang telah dibangun baik yang bersifat multilateral maupun bilateral.
Hasran menambahkan, impor Indonesia dari China dan Taiwan banyak didominasi perlengkapan elektronik bisa disediakan oleh Singapura, Jepang, dan Malaysia. Sama halnya dengan impor bawang putih yang sumber alternatifnya bisa dari India dan Korea Selatan.
Negara alternatif untuk pasar ekspor batu bara adalah India, Jepang, serta negara ASEAN lainnya. Sedangkan alternatif ekspor besi dan baja dapat menargetkan pasar India, Korea Selatan, serta Australia.
“Selain itu, Indonesia juga perlu membangun perjanjian dagang baru dengan pasar non tradisional sebagai upaya memperluas pangsa pasar ekspornya. Hal ini juga memberikan kesempatan lebih luas lagi kepada produsen dalam negeri,” tegasnya.