EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan kinerja positif sepanjang semester pertama 2022. Emiten pertambangan batu bara ini mencetak laba inti 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 20,8 triliun, naik 338 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Naiknya laba sejalan dengan pertumbuhan pendapatan yang mencapai 127 persen menjadi 3,54 miliar dolar AS atau setara Rp 52,54 triliun. Sementara EBITDA operasional naik 269 persen menjadi 2,33 miliar dolar AS atau sekitar Rp 34,13 triliun.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan, semester pertama 2022 adalah momentum yang sangat kondusif untuk harga batu bara sehingga mendorong pendapatan menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Menurut Garibaldi, hal ini dipicu gabungan berbagai faktor yang terjadi dalam kurun waktu singkat, mulai dari cuaca tak menentu sampai kelangkaan pasokan yang mengakibatkan kenaikan permintaan bagi produk-produk ADRO. Dampak terbesar disebabkan risiko geopolitis dari Eropa.
"Pendapatan, EBITDA dan laba bersih kami mencapai rekor tertinggi kinerja semester pertama sejak perusahaan pertama kali melantai di bursa 14 tahun lalu," kata Garibaldi dalam keterangan resminya, Selasa (30/8/2022).
Lebih lanjut, Garibaldi mengatakan, laba yang sangat tinggi akan membantu ADRO memberikan dukungan finansial terhadap transformasi Grup Adaro di tahun-tahun mendatang. Perseroan melakukan investasi besar pada energi terbarukan, pengembangan kawasan industri hijau terbesar dunia, dan mendiversifikasi semakin jauh dari batu bara termal.
Naiknya pendapatan ADRO pada paruh pertama tahun ini terutama akibat kenaikan 117 persen yoy pada harga rata-rata penjualan atau avarage selling price (ASP). Cuaca buruk, kelangkaan pasokan dan peristiwa-peristiwa geopolitis mendorong harga ke level yang tinggi dalam sejarahnya, sehingga menunjang kenaikan ASP perusahaan.
Walaupun menghadapi curah hujan tinggi dan masalah pengadaan alat berat, ADRO berhasil meningkatkan produksi 6 persen yoy menjadi 28,0 juta ton dari 26,5 juta ton pada semester pertama 2022. Peningkatan produksi membantu kenaikan penjualan batu bara sebesar 7 persen menjadi 27,5 juta ton dari 25,8 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, belanja modal bersih ADRO pada semester pertama 2022 naik 111 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi 157 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,33 triliun. Pengeluaran belanja modal pada periode ini terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan biaya pemeliharaan kapal.