EKBIS.CO, JAKARTA - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah menguraikan ada tiga hal utama yang menjadi tantangan dalam usaha ternak ruminansia di Indonesia. Salah satunya masih rendahnya minat para pelaku usaha ternak di bidang pembibitan.
"Kedua, ada peminat tapi peternak bersoal lagi di permodalan. Perbankan belum signifikan mendukung pelaksanaan usaha di dalam breeding ini. Dianggap mungkin investasi panjang dan lain-lain," kata Nasrullah melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan untuk sektor peternakan, kata Nasrullah, dinilai belum cukup menyokong perkembangan bidang usaha ternak Indonesia. Sedangkan tantangan berikutnya atau yang ketiga adalah terkait dengan sumber indukan ternak yang bisa diintroduksi untuk bisa dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut dia, agar sektor peternakan Indonesia berkembang dengan maksimal hingga bisa menekan serbuan ternak dan daging ternak impor, diperlukan kerja sama dari segala pihak yang terkait di dalamnya. "Kondisi ini kalau kita hanya mengandalkan APBN, sampai kiamat enggak akan selesai, sehingga memang harus dilakukan langkah-langkah strategis," katanya.
Realisasi akad KUR sektor peternakan hingga 7 Desember 2021 mencapai Rp 14,77 triliun atau 98,08 persen dari target Kementan yang sebesar Rp 15,05 triliun. Realisasi KUR tersebut diakses oleh 436.146 debitur. Dana digunakan untuk usaha produktif pembibitan dan budidaya sapi, ternak perah, kambing atau domba, serta unggas.
Adapun kebutuhan daging sapi dan kerbau mencapai 669.731 ton pada 2021. Tahun ini kebutuhan diperkirakan naik menjadi 711.885 ton. Produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri pada 2021 sebesar 423.443 ton dan diperkirakan naik tipis menjadi 437.317 ton pada 2022.