EKBIS.CO, TANGERANG SELATAN -- Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengakui adanya kenaikan harga beras di tengah masyarakat. Ia pun menekankan, kenaikan harga beras akan berbahaya bagi lonjakan laju inflasi nasional yang tengah di jaga oleh pemerintah.
"Saya bersyukur harga telur dan ayam stabil, bawang stabil, tapi memang beras naik sedikit. Tapi walau hanya naik Rp 100 perak itu berbahaya," kata Zulhas saat ditemui di Tangerang Selatan, Selasa(13/9/2022).
Zulhas mengatakan, kenaikan harga beras yang tidak terkendali dapat berkontribusi pada pergerakan inflasi yang cukup besar, hingga 3,3 persen. Karena itu, pengendalian harga beras agar tetap stabil menjadi prioritas pemerintah.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Bulog agar kita segera operasi pasar," katanya menambahkan.
Selain itu, ia kembali menyampaikan, para kepala daerah dari tingkat gubernur hingga bupati/wali kota dapat mengambil langkah ketika harga pangan pokok setempat naik hingga 5 persen.
Langkah yang dapat dilakukan dengan menanggung ongkos logistik dari wilayah sentra produksi ke wilayah tujuan. Anggaran dapat diambil dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang dimiliki masing-masing pemerintah daerah.
"Jadi kalau harganya naik sedikit, pemerintah ada dana cadangan 2 persen bisa dipakai untuk membantu ongkos," kata dia.
Solusi itu, kata Zulhas, salah satunya sudah digunakan untuk menangani tingginya harga telur baru-baru ini. Harga telur di konsumen yang melonjak hingga Rp 32 ribu dapat ditekan menjadi Rp 28 ribu dengan bantuan biaya logistik oleh pemerintah daerah.
Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional, per 13 September 2022, rata-rata harga beras medium mencapai Rp 10.930 per kg naik dari pekan lalu yang masih di kisaran Rp 10.890 per kg. Tren harga medium sudah jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah Rp 9.450 per kg - Rp 10.250 per kg.
Perum Bulog menyatakan bakal menggelontorkan pasokan cadangan beras merespons harga beras yang mulai merangkak naik sejak bulan lalu.
"Kita akan keluarkan pasokan besar-besaran," kata Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal, kepada Republika.co.id.
Ia mengatakan, saat ini volume cadangan beras pemerintah (CBP) yang berada di gudang hampir 1 juta ton. Pasokan itu sangat mencukupi untuk kebutuhan stabilisasi harga beras di pasar.
Adapun berdasarkan data Bulog, realisasi operasi pasar beras sejak 1 Januari hingga 6 September 2022 telah mencapai sekitar 500 ribu ton. "Target kita tahun ini lebih dari 1 juta ton, jadi masih sangat besar beras yang harus kita salurkan," kata dia.
Ia menegaskan, operasi pasar beras saat ini juga dilakukan sepanjang tahun untuk mengantisipasi setiap potensi kenaikan harga beras yang dapat terjadi. Langkah itu dinilai efektif untuk mengamankan harga beras sepanjang tahun.
Adapun dalam pengeluaran stok beras yang digunakan Bulog menggunakan prinsip first in first out atau FIFO. Pasokan beras yang masuk pertama kali, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Namun, ia mengatakan, operasi pasar beras juga menggunakan beras baru karena adanya permintaan pasar.
"Manajemen gudang logistik itu salah satunya FIFO, tapi demi keseimbangan pasar, maka beras yang baru masuk pun kita keluarkan," kata Awaluddin.