Ahad 18 Sep 2022 20:10 WIB

Menperin Sebut, Nilai Ekspor Industri Pengolahan Capai 139,23 Miliar Dolar AS

Kinerja ekspor dari sektor industri manufaktur masih terus melambung.

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Perajin membuat kursi di salah satu sentra perajin rotan di Medan, Sumatra Utara, Rabu (25/4). Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong pengembangan daya saing industri pengolahan rotan di dalam negeri, antara lain dengan memberikan pendampingan tenaga ahli, peningkatan akses pasar, promosi, dan pameran ke negara-negara tujuan ekspor.
Foto: Septianda Perdana/ANTARA
Perajin membuat kursi di salah satu sentra perajin rotan di Medan, Sumatra Utara, Rabu (25/4). Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong pengembangan daya saing industri pengolahan rotan di dalam negeri, antara lain dengan memberikan pendampingan tenaga ahli, peningkatan akses pasar, promosi, dan pameran ke negara-negara tujuan ekspor.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sepanjang Januari sampai Agustus 2022 sebesar 139,23 miliar dolar AS. Angka itu naik 24,03 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu.

Sektor industri tetap memberikan kontribusi paling besar. Sumbangsihnya hingga 71,55 persen terhadap total nilai ekspor nasional yang menembus 194,60 miliar dolar AS.

Baca Juga

“Kinerja ekspor dari sektor industri manufaktur masih terus melambung. Meski berada di tengah risiko ketidakpastian kondisi global yang membayangi ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Ahad (18/9/2022).

Menperin menegaskan, pengapalan sektor industri manufaktur konsisten memberikan andil yang besar terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia. “Neraca perdagangan kita surplus selama 28 bulan berturut-turut, ini menunjukkan kebijakan pemerintah dalam pemulihan ekonomi berada pada jalur yang tepat,” ujarnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan secara kumulatif pada Januari sampai Agustus 2022 mengalami surplus sebesar 34,92 miliar dolar AS. Angka itu tumbuh 68,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

“Surplus neraca perdagangan tidak terlepas dari program hilirisasi industri yang terus kami jalankan. Itu guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia,” tutur Agus.

Nilai ekspor komoditas turunan nikel meningkat signifikan sejak pemerintah memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel mulai awal 2020. Hal ini terlihat dari nilai ekspor komoditas turunan nikel pada Januari sampai Agustus 2022 yang mencapai 12,35 miliar dolar AS atau tumbuh hingga 263 persen jika dibandingkan tahun 2019, sebelum pemberlakukan larangan ekspor bijih nikel yang hanya mencapai 3,40 miliar dolar AS.

“Enam tahun yang lalu, ekspor kita dari nikel kira-kira hanya 1,1 miliar dolar AS. Sedangkan, pada 2021 sudah mencapai 20,9 miliar dolar AS. Artinya, nilai tambah lompatannya hingga 19 kali. Oleh karena itu, pemerintah terus memacu tumbuhnya industri smelter yang terbukti memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional,” jelas Menperin.

BPS juga mencatat, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar jika dilihat menurut sektornya, dengan nilai ekspor mencapai 19,79 miliar dolar AS pada Agustus 2022. Pengapalan sektor manufaktur ini mengalami pertumbuhan 13,49 persen apabila dibandingkan nilai posisi pada Juli 2022.

“Kenaikan eskpor ini didorong oleh komoditas minyak kelapa sawit, besi baja, peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya, serta turunan nikel,” kata Agus. Sampai saat ini, Kementerian Perindustrian fokus memacu hilirisasi industri berbasis agro, bahan tambang mineral, serta migas dan batubara.

Menurutnya, banyak manfaat yang telah didapatkan Indonesia dari implementasi kebijakan hilirisasi, antara lain menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha. “Melalui hilirisasi, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik itu produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir,” ujar dia.

Pemerintah telah mampu menjaga kinerja ekonomi Indonesia tetap tumbuh pada kuartal II tahun 2022 sebesar 5,44 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan negara lain yang mengalami perlambatan ekonomi pada periode yang sama, seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Spanyol, Korea Selatan, dan China.

Di samping itu, kondisi pengoperasian sektor manufaktur Tanah Air terus membaik dalam 12 bulan terakhir. Hal ini tercermin dari indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan Agustus 2022 yang mencapai 51,7 atau menguat dari angka 51,3 di bulan sebelumnya.

“PMI Manufaktur Indonesia terus menunjukkan peningkatan di tengah menurunnya indeks tersebut di negara-negara Asia lainnya. Seperti Korea Selatan (49,8 di Juli 2022 menjadi 47,6) dan Jepang (52,1 pada Juli 2022 menjadi 51,5),” jelas Agus. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement