Senin 19 Sep 2022 17:58 WIB

Himbara Optimistis Penyaluran Kredit pada 2023 akan Lebih Optimal

Anggota Himbara Bank Mandiri proyeksikan pertumbuhan kredit tak setinggi 2022

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pegawai menata uang tunai pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu di Mandiri Micro Bussines Unit (MBU) Bandung Braga, Jalan Braga, Kota Bandung. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masih optimis prospek ekspansi kredit pada tahun depan akan lebih tinggi daripada 2022. Adapun perbankan BUMN ini lebih banyak bermain pada segmen korporasi dan komersial pada tahun depan.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pegawai menata uang tunai pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu di Mandiri Micro Bussines Unit (MBU) Bandung Braga, Jalan Braga, Kota Bandung. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masih optimis prospek ekspansi kredit pada tahun depan akan lebih tinggi daripada 2022. Adapun perbankan BUMN ini lebih banyak bermain pada segmen korporasi dan komersial pada tahun depan.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masih optimis prospek ekspansi kredit pada tahun depan akan lebih tinggi daripada 2022. Adapun perbankan BUMN ini lebih banyak bermain pada segmen korporasi dan komersial pada tahun depan.

Anggota Himbara, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun depan tidak akan setinggi 2022. Pada Juli 2022 penyaluran kredit sebesar 11,4 persen secara tahunan. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan pada tahun ini perseroan membidik pertumbuhan 11 persen. “Poyeksi itu didasarkan dengan faktor normalisasi restrukturisasi Covid-19 yang akan dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (19/9/2022).

Menurutnya ketika kebijakan yang berlaku hingga Maret 2023 dinormalkan, bank harus melakukan penyesuaian kolektibilitas terhadap kredit yang direstrukturisasi. Saat ini, restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 masuk dalam kategori lancar sehingga bank tidak melakukan pencadangan. 

Selain itu, terdapat tantangan makro ekonomi yakni keputusan kebijakan makro ekonomi bank sentral Amerika Serikat (AS) dan bank sentral Eropa yang kemudian direspon oleh Bank Indonesia (BI) dengan kenaikan suku bunga. 

"Perbankan ke depan harus mewaspadai perkembangan rasio kredit non performing loan (NPL) dan kecukupan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) pada kredit-kredit restrukturisasi Covid-19," ucapnya.

Ke depan perseroan berupaya mengantisipasi itu dengan melakukan pencadangan yang cukup besar. Hanya saja, pihaknya mengkhawatirkan bank-bank lain tidak melakukan hal serupa sehingga bisa berdampak pada industri dan mengganggu pertumbuhan ekonomi ke depan.

Anggota Himbara lainnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perseroan sektor perumahan pada tahun depan akan lebih tinggi dari tahun ini. Hal ini mengingat kebutuhan perumahan akan lebih besar pada 2023.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan permintaan bisa dipengaruhi oleh bunga kredit dan likuiditas. Adapun dua aspek sudah diperhatikan perseroan pada tahun depan.

Terkait likuiditas, perseroan sudah punya strategi untuk menggunakannya dalam jangka panjang lewat kerja sama partnership dengan lembaga atau korporasi dalam penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR). Selain melakukan kerjasama terkait penyaluran KPR subsidi yang merupakan program pemerintah, perseroan juga melakukan kerja sama dengan lembaga lain seperti BPJS Ketenagakerjaan dan BP Tapera untuk menyalurkan KPR kepada pada penerima manfaat di masing-masing lembaga. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement