Rabu 28 Sep 2022 14:55 WIB

Analis: UUS BTN Gabung ke BSI akan Percepat Penetrasi Pasar Syariah

Merger UUS BTN dan BSI dinilai mempercepat penetrasi pasar bank syariah di Indonesia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melepas Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun depan diperkirakan mendapat sambutan positif dari investor pasar modal.(ilustrasi).
Foto: BSI
Rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melepas Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun depan diperkirakan mendapat sambutan positif dari investor pasar modal.(ilustrasi).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melepas Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun depan diperkirakan mendapat sambutan positif dari investor pasar modal. PT Bank Syariah Indonesia Tbk adalah kandidat terkuat yang akan mengambil aset bank yang fokus pada kredit pemilikan rumah (KPR) tersebut.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai rencana BTN melepas UUS merupakan langkah yang tepat. Menurutnya, hal ini akan mempercepat penetrasi pangsa pasar bank syariah di Indonesia.

Baca Juga

"Ini menjadi katalis positif pengerek harga saham," katanya dalam keterangan, Rabu (28/9/2022).

BTN pun juga akan jauh lebih lincah ke depannya dan fokus terhadap kredit perumahan dengan skema konvensional. Konsolidasi lanjutan bank syariah milik pemerintah juga akan meningkatkan aset BSI.

 

BSI sebagai bank hasil gabungan tiga anak usaha bank BUMN akan memiliki basis klien yang semakin besar. Menurutnya, UUS BTN akan berkembang karena didukung BSI yang memiliki permodalan jauh lebih kuat, teknologi dan SDM yang mumpuni.

Belum lama ini, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan hendak melakukan pemisahan atau spin off UUS pada 2023. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.

Ada sejumlah pilihan untuk melakukan aksi korporasi tersebut, yakni mendirikan bank baru atau menyerahkan aset kepada bank syariah yang sudah ada. Haru mengatakan opsi kedua merupakan yang terbaik.

Sebagaimana diketahui, mendorong akselerasi pangsa pasar bank syariah di Indonesia menjadi salah satu prioritas pemerintah. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Mei 2022, aset bank umum syariah (BUS) dan UUS mencapai Rp 680,1 triliun, naik 13,7 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Secara rinci, total aset yang dimiliki BUS sebesar Rp 453,88 triliun pada bulan kelima tahun ini. Sedangkan, total aset yang dimiliki UUS sebanyak Rp 226,21 triliun. Angka tersebut cukup jauh bila dibandingkan dengan total aset industri perbankan di Tanah Air yang mencapai Rp 10.180,7 triliun.

Artinya, BUS dan UUS hanya berkontribusi 6,7 persen. Dari sisi penyaluran pembiayaan, porsi bank syariah juga tergolong kecil. Pada periode yang sama, BUS dan UUS menyalurkan Rp 160,7 triliun pembiayaan kepada pihak ketiga atau hanya 2,7 persen dari total kredit industri, yakni Rp 6.012,4 triliun.

Berkaca pada data OJK, salah satu pangsa pasar terbesar pembiayaan bank syariah adalah KPR. Per Mei 2022, bank syariah menguasai 18,7 persen dari total penyaluran pembiayaan untuk kepemilikan rumah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement