EKBIS.CO, LONDON — Poundsterling membalikkan kerugian dan naik lebih dari satu persen pada Kamis (29/9/2022) karena dolar tergelincir. Dikutip dari Reuters, Kamis (29/9/2022), investor menganalisis hal tersebut disebabkan intervensi dramatis Bank of England (BoE) di pasar obligasi.
Poundsterling telah turun dalam perdagangan pagi di London tetapi kemudian menguat menjadi 1,3 persen lebih tinggi. Sterling naik terhadap sebagian besar mata uang utama, dengan euro terakhir turun 1,01 persen pada 88,48 pence.
Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengatakan hal ini menjadi solusi pemerintahnya atas penurunan poundsterling. Kenaikan pound tersebut naik tiga hari berturut-turut menjadi lebih dari tiga persen meskipun sterling masih turun lebih dari 18 persen tahun ini.
Analis berjuang untuk mengidentifikasi katalis yang tepat tetapi menunjuk pada intervensi BoE, penurunan dolar, dan penyeimbangan kembali portofolio menjelang akhir kuartal. Banyak yang memperingatkan bahwa perdagangan alami pelemahan dan prospek poundsterling tetap suram.
"Intervensi BoE telah menunjukkan bahwa ia bersedia untuk bertindak ketika ditekan oleh pasar. Ini membantu menstabilkan pound," kata Ahli Strategi Valuta Asing Commerzbank, Esther Reichelt.
Meskipun begitu, Reichelt mengatakan seluruh situasi politik tetap sangat tidak stabil dan sentimen dapat berubah dengan cepat. Anggaran mini Kwarteng memicu aksi jual besar-besaran pada obligasi pemerintah Inggris karena investor bereaksi terhadap pinjaman tambahan yang tersirat dari rencana tersebut. Hal itu memberikan tekanan pada dana pensiun yang merupakan pemegang besar gilt lama dan menyebabkan BoE turun tangan.
BoE mengatakan akan membeli sekitar 65 miliar pound atau 71 miliar dolar AS obligasi pemerintah jangka panjang untuk memperbaiki disfungsi di pasar. Kepala Startegi Valuta Asing RBC Capital Markets Adam Cole mengatakan pendorong utama di pasar mata uang pada tersebut dolar.
Indeks dolar terakhir turun 0,57 persen menjadi 112,39. Analis mengatakan penarikan dolar terjadi setelah Bank Sentral China mengatakan kepada bank-bank pemerintah untuk bersiap menjual mata uang AS demi yuan.
Meskipun rebound, sebagian besar investor tetap pesimis poundsterling karena kekuatan dolar dan resesi ekonomi Inggris. “Saya tidak berpikir (intervensi BoE) akan menjadi dorongan jangka panjang untuk sterling, meskipun mungkin mencegah penurunan ekstrim," ujar Ekonom Capital Economics Jonas Goltermann.