EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, memprediksi resesi global akan mulai terjadi pada tahun 2023. Hal ini dikarenakan kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, untuk menurunkan inflasi.
Ketika perekonomian berjalan sebagaimana tidak semestinya, masyarakat perlu mempersiapkan kondisi keuangan seoptimal mungkin untuk meminimalisir dampak dari kemungkinan resesi tersebut. Financial Expert Ajaib Sekuritas, Yazid Muamar mengatakan, masyarakat harus mengatur cash flow dan investasinya agar siap menghadapi resesi.
"Perlu disiplin dalam perencanaan keuangan, terutama untuk dana darurat, semakin besar proporsinya maka akan semakin siap kalian dalam memenuhi kebutuhan di tengah kondisi resesi ekonomi," katanya.
Buat perencanaan keuangan dengan rumus 10-20-30-40. Pastikan 20 persen dari dana investasi dialokasikan untuk dana darurat pada instrumen yang sangat likuid dan disiplin mempersiapkannya.
Selain itu, kurangi pos pengeluaran yang tidak diperlukan. Mulai untuk mengurangi dan tidak menambah beban-beban pengeluaran seperti utang konsumtif. Jika masih ada dan memungkinkan, maka segera lunasi.
Jika dirasa masih sangat berat dan terlalu membebani maka segera negosiasikan. Masyarakat dapat ajukan restrukturisasi ke lembaga jasa keuangannya tentu dengan risiko yang nanti ditanggung di akhir.
Masyarakat juga perlu atur kembali portofolio investasinya. Kondisi pasar global sudah mulai menurun maka segera atur ulang portofolio investasi pada pada instrumen yang lebih aman seperti saham dengan fundamental yang kuat atau reksa dana pasar uang.
Para investor harus mengetahui instrumen apa saja yang aman dalam berinvestasi pada masa resesi ini. Ajaib Sekuritas menyebut saham bisa menjadi tetap menarik meski keadaan resesi jika pemilihan saham dilakukan secara tepat. Sebaiknya pilih emiten dengan fundamental yang kuat. Perhatikan laporan keuangannya, terutama pos laba rugi dan kewajiban jangka panjang perusahaan.
Lalu pilih sektor yang tidak terkena dampak langsung Covid-19. Seperti saham-saham tahan banting yaitu emiten mie instan, telekomunikasi, dan lain sebagainya.Reksa dana juga salah satu instrumen investasi yang menawarkan produk yang berisiko rendah seperti pasar uang.
"Yang terpenting adalah tidak panik, hiduplah dengan sewajarnya dan tidak perlu panik, tetap lakukan konsumsi seperti biasa karena hal tersebut bisa membantu ekonomi nasional kita tetap tumbuh," katanya.
Penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia mayoritasnya adalah konsumsi. Lalu, masyarakat juga perlu cermat melihat peluang. Cermati perkembangan kondisi ekonomi terbaru dan mulai memanfaatkan peluang di sekitar yang dapat bernilai ekonomi.