EKBIS.CO, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lima persen pada 2023. Adapun revisi ini merupakan ketiga kalinya, dari proyeksi edisi April sebesar 5,9 persen dan Juli sebesar 5,2 persen.
Pada tahun ini, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen. Hal ini tidak mengalami perubahan dari proyeksi sebelumnya.
Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022, Rabu (12/10/2022), IMF juga memproyeksi ekonomi Indonesia tak sekuat sebelumnya. Pada 2023, riil produk domestik bruto (PDB) hanya 5 persen atau menurun dari sebelumnya bisa sebesar 5,2 persen.
IMF tak menjelaskan secara spesifik alasan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, lembaga keuangan AS ini menyoroti kebijakan fiskal dan moneter Indonesia yang dinilai masih cukup baik untuk merespons tantangan global.
“Asumsi kebijakan moneter Indonesia sejalan dengan inflasi dalam target bank sentral dalam jangka menengah. Dari sisi fiskal, proyeksi IMF didasarkan pada kebijakan pajak yang moderat dan reformasi administrasi, beberapa realisasi belanja dan peningkatan bertahap belanja modal, sejalan dengan ruang fiskal," tulis laporan tersebut.
Secara keseluruhan, IMF juga memangkas proyeksi ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7 persen, dari sebelumnya 2,9 persen. Adapun sejumlah risiko global seperti invasi Rusia ke Ukraina, kenaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi hingga pandemi yang belum juga usai, masih menjadi tantangan ekonomi hingga tahun depan.
Meski demikian, perekonomian di negara berkembang dinilai akan sedikit lebih baik dibandingkan negara maju. Bagi negara maju, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2023 sebesar 1,3 persen, turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,5 persen.
Di negara berkembang, IMF memproyeksi pertumbuhan mencapai 3,6 persen pada 2023, juga menurun dari proyeksi sebelumnya yang bisa sebesar 3,7 persen. "Revisi negatif (dari proyeksi ekonomi) lebih terasa bagi negara maju dibandingkan dengan negara berkembang," tulis IMF.