EKBIS.CO, BADUNG -- Kementerian BUMN menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan sejumlah partner strategis terkait proyek Indonesia Water Fund (IWF) di sela-sela acara SOE International Conference di Nusa Dua, Bali, Selasa (18/10).
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo bersama dengan Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Arisudono Soerono, Managing Director of Suez Recycling Pacific Pte Ltd Farsyad Kaviani Dehkordi, dan Chairman & CEO PT CITIC Envirotech Indonesia Gwo Liang Jeremey.
Kartika mengatakan investor untuk program Indonesia Water Fund ini berkomitmen untuk berinvestasi sebesar 1 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 15 triliun. Pria yang akrab disapa Tiko itu menyebut program IWF sejalan dengan program pembangunan berkelanjutan atau SDG’s Indonesia, yaitu memberikan fasilitas air murah kepada masyarakat.
"Saat ini masih banyak masyarakat yang menggunakan air tanah untuk memenuhi konsumsi air bersih atau membeli air galon dengan harga yang mahal. Program Indonesia Water Fund ini akan membuka akses air bersih bagi masyarakat hingga ke wilayah kabupaten dan kota," ujar Tiko.
Setelah proses penandatanganan dilaksanakan, lanjut Tiko, Kementerian BUMN akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, khususnya Ditjen Sumber Daya Air untuk membahas regulasi. Tiko mengatakan Kementerian BUMN juga akan berkolaborasi dengan pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, serta PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) lokal sehingga proses pengerjaan pipa air bisa langsung dinikmati masyarakat sekitar.
"IWF merupakan solusi dari pendanaan proyek pembangunan air bersih yang tidak semuanya bisa didanai oleh APBN. Proyek pembangunan air bersih memerlukan dana sekitar Rp 190 triliun, sedangkan APBN hanya mengalokasikan dana sekitar Rp 60 triliun," kata Tiko.
Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Arisudono Soerono mengatakan IWF akan langsung menjalankan 31 proyek air bersih dengan total Rp 45 triliun. Dia menyampaikan IWF ini memungkinkan investor memberikan pendanaan equity untuk menjalankan program air bersih.
Selain dari IWF, ucap Arisudono, juga didanai dari sumber lainnya. Sedangkan proyek yang akan didanai bukan hanya proyek brownfield, melainkan juga proyek greenfield.
"Kita bisa masuk proyek pembangunan air bersih dari hulu ke hilir. Jadi, IWF ini akan membantu membangun infrastruktur PDAM di kabupaten kota," ucap Arisudono.
IWF merupakan inisiasi Kementerian BUMN melalui sinergi Holding BUMN Danareksa (Danareksa, Nindya Karya, Perum Jasa Tirta 1, dan Perum Jasa Tirta 2) untuk menghadirkan sambungan air ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, IWF fokus pada tiga pilar yang menawarkan pendekatan investasi dengan manfaat berkelanjutan dan menghadirkan akses terintegrasi dari hulu ke hilir. IWF dapat dijalankan dengan model investasi yang sesuai profil investor dengan skema yang mudah direplikasi di seluruh Indonesia. Menurut Erick, peran strategic partner dibutuhkan dalam IWF guna mencapai hasil yang optimal dalam proses pengoperasiannya.
"Target awal, IWF akan mengelola dana sebesar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15 triliun dari mitra strategis untuk memperbaiki akses air bersih bagi 40 juta jiwa rakyat Indonesia. Sesuai dengan prinsip IWF, yaitu penyediaan platform investasi yang mudah direplikasi, sehingga penambahan sambungan rumah untuk percepatan akses air bersih akan dapat terus menerus ditingkatkan," kata Erick menambahkan.