EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Investasi Bahlil Lahadalia optimis investasi dari China akan tetap berjalan di Indonesia, meski negara tersebut tengah mengalami perlambatan ekonomi. Pada kuartal III 2022 pun, China masih menempati posisi kedua sebagai negara yang paling banyak berinvestasi di Tanah Air, nilainya sebesar 1,6 miliar dolar AS atau 13,3 persen.
"Saya melihatnya begini, hampir semua negara yang berinvestasi di Indonesia tipenya berbeda. Kita unggulkan sumber daya alam luar biasa, perbaikan ekosistem semakin hari semakin baik, penataan regulasi insentif semakin hari semakin baik, lalu terakhir stabilitas politik," ujar Bahlil dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (24/10/2022).
Ia melanjutkan, kenyamanan para investor berinvestasi di Indonesia menjadi pertimbangan bagi mereka, termasuk China. "Atas dasar itu, Indonesia tetap menjadi pilihan investasi terutama hilirisasi, China lagi fokus ke hilirisasi, jadi (investasinya) akan baik-baik saja," tuturnya.
Hanya saja, Bahlil mengaku khawatir dengan kondisi politik antara China dan Taiwan. Menurutnya, jika terjadi ketegangan antara kedua negara tersebut, maka bakal berdampak ke Indonesia.
"Selama tidak ada ketegangan oke-oke saja. Saya ada masalah malah senang karena berarti ada peluang, bagaimana kita komunikasikan yang baik dan bisa tepat melihat perspektif masalah mereka apa. Jadi urus investasi jangan lari dari masalah, kita posisikan seolah partner mereka," jelas dia.
Pada kesempatan itu, Bahlil menyatakan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal III 2022 mencapai Rp 168,9 triliun. Angka itu tumbuh 3,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan tumbun 63,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
"Ini terbesar sepanjang sejarah. Luar biasa sekali kita tumbuh 63,6 persen. Saya sejak masuk di Kementerian Investasi/BKPM saya minta untuk mengecek pernah nggak tumbuh sebesar ini, rasanya data ini belum kita temukan kalau melebihi, tapi kita lagi cari mungkin di jaman 20 tahun lalu kali," ujar dia.
Pertumbuhan PMA pada kuartal III 2022 memang lebih tinggi dibandingkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tercatat sebesar Rp 138,9 triliun atau hanya tumbuh 22,5 persen year on year (yoy) dan turun 0,05 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Hal itu, kata dia, menandakan Indonesia masih menarik di mata investor asing. "Turunnya dia karena memang PMA-nya lagi cinta mungkin sama NKRI. Republik ini seperti cewek cantik yang lagi disukai sama investor asing untuk membangun investasi di Indonesia dan terjadi juga karena memang ada stabilitas politik," jelas Bahlil.