EKBIS.CO, JAKARTA -- PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) mengajak generasi muda untuk mengelola keuangan dengan cerdas. Masyarakat khususnya kalangan generasi muda terus didorong memiliki kemandirian finansial dan ketangguhan ekonomi, terlebih jika menghadapi krisis.
Direktur Utama BRI Finance Azizatun Azhimah mengatakan krisis ekonomi itu selalu ada, baik krisis secara global, lokal, hingga tataran rumah tangga. "Oleh karena itu untuk menghadapinya harus mampu mengelola risiko turbulensi ekonomi sehingga kita mampu bertahan dan melewatinya dengan baik," katanya dalam keterangan, Selasa (25/10/2022).
Hal itu bukan tanpa alasan. Saat ini perekonomian global dihadapkan pada tantangan besar dan tentunya akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, inflasi yang sangat tinggi dan direspon oleh berbagai bank sentral dengan cara meningkatkan suku bunga. Tantangan lainnya adalah masalah geopolitik Ukraina dan Rusia yang mendorong krisis pangan dan energi.
Di sisi lain, kata Azizatun yang akrab disapa Azizah, Indonesia dengan penduduk 270 juta jiwa lebih didominasi oleh usia produktif yang harus diberdayakan untuk memperkokoh ekonomi bangsa. Ini mengingat sekitar 69,38 juta jiwa atau setara 25,87 persen merupakan generasi milenial dengan periode tahun lahir antara 1981-1996.
Selain itu, sekitar 74,93 juta jiwa atau sekitar 27,94 persen adalah generasi Gen Z yang lahir pada periode 1997-2012. Oleh karena itu, lanjut Azizah, bagi generasi muda tersebut perlu pengelolaan keuangan cerdas sebagai strategi mewujudkan ketangguhan finansial.
"Kita harus bisa me-manage current crisis, untuk apa? Agar survive, dari sekarang makanya belajar, preparing for new future, tidak mungkin segala sesuatunya kita tidak prepare," ujarnya menegaskan.
Strategi pertama, ia mengatakan anak muda harus memiliki catatan keuangan, belajar balance sheet, memahami laporan keuangan dan sumber dana. Kemudian barulah pengeluarannya dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Ia menegaskan jangan terlena atau terbawa penawaran dari barang yang tidak diperlukan. Karena seringkali anak muda membeli berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.
Generasi muda dengan segala kreatifitasnya menurut Azizah dapat menyisihkan uang untuk berwirausaha, atau dengan keterampilan yang dimiliki mencari pemasukan tambahan. Anak muda harus smart spending yaitu mengutamakan kebutuhan di atas keinginan.
Selain itu mengatur kebutuhan dengan hal-hal berkualitas secara efisien. Selanjutnya adalah smart loan, yaitu menghindari pinjaman untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.
Perilaku konsumtif bisa saja dilakukan dengan batasan mempunyai kemampuan membayar setelah terpenuhinya kebutuhan pokok. Perlu diingat pinjaman harus ke lembaga jasa keuangan yang terdaftar/berizin dan diawasi oleh OJK. "Jadi jangan pinjam ke pinjol yang nggak jelas dan sebagainya," ucapnya.
Kemudian, anak muda harus mengatur porsi pengeluaran sesuai prioritas sehingga penghasilan dapat diatur sesuai skala prioritas. Azizah pun menyarankan penghasilan dapat dibagi dengan ‘rumus’ 40, 30, 20, 10.
Artinya 40 persen dialokasikan untuk kebutuhan harian. Sekitar 30 persen untuk hiburan atau hobi, 20 persen dialokasikan untuk investasi dan sisanya bagi dana sosial. Cari peluang sumber pendapatan sebanyak-banyaknya, baik aktif maupun pasif.
Kemudian smart spender, yaitu tadi ingat berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan. Wajib kaya tapi hidup minimalis, bukan hidup sederhana dan pelit. Kemudian invest the rest, menabung dan berinvestasi cerdas sejak dini.