EKBIS.CO, JAKARTA -- PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang sembilan bulan pertama 2022. Kinerja tersebut tecermin dari penyaluran kredit dan perolehan laba yang tumbuh signifikan.
Hingga September 2022, penyaluran pembiayaan baru (booking) mencapai Rp 13,7 triliun atau tumbuh 48,3 persen year-on-year (yoy). Nilai booking ini turut mengatrol penguatan laba setelah pajak sebesar 64,5 persen yoy atau menjadi Rp 1,3 triliun dari Rp 796 miliar pada periode yang sama.
Dari sisi pertumbuhan aset, BFI Finance melaporkan nilai aset tertinggi yang pernah diraih Perusahaan sebesar Rp 20 triliun, tumbuh 36,6 persen yoy. Pencapaian ini bahkan melampaui nilai aset Perusahaan tertinggi di masa prapandemi, yaitu Rp 19,1 triliun per 31 Desember 2018.
Berkat pengelolaan bisnis yang efektif dan efisien, nilai pendapatan juga terkerek 29,6 persen yoy menjadi Rp 3,8 triliun. Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono mengatakan, sektor riil yang kembali aktif bergerak serta pemerintah yang mampu menjaga kestabilan politik dan ekonomi membuat atmosfer konsumsi masyarakat masih tumbuh.
"Hal ini mendorong pertumbuhan kinerja yang signifikan dibandingkan kondisi tahun lalu. Namun, kami akan tetap menjalankan kelolaan manajemen risiko dengan kehati-hatian dan menjaga kualitas aset,” ujar Sudjono di Jakarta, Kamis (27/10).
Perusahaan juga berhasil menjaga Non-Performing Finance (NPF) stabil dan rendah di bawah 1,5 persen. Persentase NPF BFI Finance saat ini tepatnya di rasio bruto 1,09 persen. Persentase ini menempatkan BFI Finance kembali di angka rasio yang masih berada jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang per 31 Agustus 2022 sebesar 2,60 persen.
NPF coverage terhitung mencapai 4,2 kali diimbangi dengan proses penagihan berbasis sistem yang efisien dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dari sisi penyisihan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Pencadangan Perusahaan ini masih lebih besar dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,2 kali per 31 Agustus 2022.
Dari total piutang yang dikelola sebesar Rp18,4 triliun, portofolio pembiayaan BFI Finance masih didominasi pembiayaan kendaraan roda empat 68,2 persen atau ekuivalen dengan Rp12,5 triliun. Disusul oleh pembiayaan alat berat dan mesin dengan porsi 12,7 persen, pembiayaan kendaraan roda dua11,3 persen, pembiayaan bersertifikat rumah dan ruko sebanyak 2,8 persen, serta pembiayaan syariah dan lainnya 5,0 persen.
Seiring geliat aktivitas dan ekonomi masyarakat, restrukturisasi konsumen juga turut melandai dengan nilai restrukturisasi tersisa sebesar 2,9 persen dari nilai total piutang pembiayaan. Sebanyak 77,1 persen dari sisa restrukturisasi tersebut turut dilaporkan telah kembali ke pembayaran normal.
BFI Finance juga menandatangani perjanjian kredit sindikasi senilai Rp1,6 triliun pada 23 September lalu. Dalam penandatanganan perjanjian kredit sindikasi tersebut, Bank DKI ditunjuk sebagai Mandated Lead Arranger sekaligus sebagai Agen Fasilitas, Agen Jaminan dan Agen Escrow bersama dengan tiga Bank Pembangunan Daerah (BPD) lainnya yakni Bank Jatim, Bank Papua, dan Bank Kalsel.
Fasilitas ini digunakan untuk mendukung aktivitas pembiayaan di seluruh wilayah operasional Perusahaan di Indonesia. Kerja sama ini merupakan salah satu bentuk kepercayaan para bank sebagai mitra bisnis dalam memberikan pendanaan kepada BFI Finance.
"BFI Finance bersyukur dapat mempertahankan tren positif yang dicapai dan berharap dapat terjaga momentumnya hingga akhir tahun 2022. Dengan demikian, Perusahaan dapat mencatatkan rekor pertumbuhan total aset dan laba bersih sepanjang tahun 2022 ini," pungkas Sudjono.