EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menyatakan investasi di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk telah melewati ekspektasi. Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah mengatakan return on investment dari Rp 3 triliun investasi telah melebihi target pada satu tahun pertama.
"Saat ini sudah satu tahun sejak BPKH masuk ke Bank Muamalat, kita dapat mengabarkan bahwa investasi BPKH di Bank Muamalat sudah di atas target, selanjutnya tentu kita akan gas lagi bersama," katanya dalam 2023 Market Outlook oleh Bank Muamalat dan BPKH, Kamis (10/11/2022).
BPKH menanamkan modal pada Tier 1 sebesar Rp 1 triliun dan dalam bentuk sukuk subordinasi atau subdebt sebesar Rp 2 triliun. Subdebt sendiri memiliki keuntungan sebesar sembilan persen per tahunnya. Rata-rata keuntungan juga berasal dari pemulihan aset bermasalah dari Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
BPKH saat ini telah menempatkan investasi langsung di tiga bank syariah nasional dalam bentuk Pembiayaan Yang Diterima (PYD) dan saham, yakni di Bank Muamalat, Bank NTB Syariah, dan UUS BPD Jambi. Ini termasuk dalam portofolio investasi BPKH yang sebesar 73 persen dari dana kelolaan.
Selain itu, BPKH berinvestasi di sukuk pemerintah, sukuk korporasi, investasi asing, dan lainnya. Sementara 27 persen dana, yakni sebesar Rp 43,4 triliun ditempatkan di perbankan syariah. Lima bank terbesar yakni 26,46 persen di Bank Syariah Indonesia, 23,52 persen di Bank Muamalat, 10,09 persen di CIMB Niaga Syariah, 5,46 persen di Bank Mega Syariah, dan 4,86 persen di PermataBank Syariah.
Secara total, dana kelolaan haji diproyeksikan mencapai Rp 160 triliun pada akhir 2022. Anggota Badan Pelaksana bidang investasi BPKH, Indra Gunawan menyampaikan, investasi di Bank Muamalat telah menghasilkan keuntungan 14 persen pada tahun ini.
"Kita quite happy dari Rp 1 triliun di Tier 1 dan Rp 2 triliun di subdebt bisa peroleh return sebesar 14 persen, tentu masih banyak ruang yang bisa kita leverage," katanya.
Selain garap haji, Indra mengatakan, Bank Muamalat juga akan merambah ke bisnis umroh dan melakukan IPO. Dengan ekosistem yang solid di sektor keuangan syariah, masyarakat dan komunitas Muslim, ia optimistis pada perkembangan bisnis di Bank Muamalat.
Menurutnya, nasabah Bank Muamalat sudah terbukti loyal karena meskipun ada masalah besar, tidak terjadi rush dana nasabah. Komunitas Muslim juga punya keterikatan pada bank syariah pertama tersebut karena dibangun dari dana-dana masyarakat.
Untuk bisnis ke depan, Indra mengatakan, Bank Muamalat didorong untuk menjadi bank kustodian mengingat dana hasil investasi dana haji kini sudah bebas pajak. Ini akan jadi peluang baru pada produk-produk investasi seperti wealth management, family hajj fund, hajj saving plan, yang akan merambat pada turunan produk seperti asuransi, pembayaran dan lainnya."Kita dorong di kustodian, Bank Muamalat bisa garap hingga 15 juta akun," katanya.