EKBIS.CO, JAKARTA--PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) mendukung pelestarian budaya dalam rangka membangkitkan kepedulian mengenai pelestarian ekosistem laut. Hal ini ditunjukkan melalui kerja sama dengan Yayasan Puri Kauhan Ubud dalam Pertunjukan Orkestra Semesta bertajuk “Ghurnita Samudra Murti”.
Pertunjukan seni yang menampilkan pesan peruwatan kesadaran untuk menjaga kesucian air dan laut ini menghadirkan kolaborasi antara Gamelan Yugananda, Bumi Bajra, Ayu Laksmi, Alien Child, dan Wayang Sunar di Halaman Pura Dalem Ketewel, Gianyar, Bali, Sabtu (12/11/2022).
Pentas ini mengambil inspirasi dari mitologi Nangluk Merana dengan memberi pesan bahwa laut adalah sumber kehidupan bagi seluruh masyarakat, bukan saja nelayan dilihat dari laut yang menyediakan sumber ekonomi, pangan, dan juga peran penting terhadap ketahanan iklim.
"Dukungan Pupuk Kaltim pada kegiatan ini sebagai gerakan budaya untuk melestarikan lingkungan utamanya air sebagai sumber kehidupan karena apabila air tidak dijaga maka kelangsungan kehidupan juga terancam. Dengan gerakan budaya untuk mendukung lingkungan ini perlu dikuatkan dan diadakan di banyak tempat," ujar Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (13/11/2022).
Rahmad menyampaikan kegiatan ini merupakan langkah aktif Pupuk Kaltim sebagai BUMN yang harus memberikan kontribusi positif kepada negara. Rahmad berpendapat menjaga lingkungan merupakan kewajiban bersama dan komitmen perusahaan dalam menjalankan prinsip industri hijau berbasis environment, social and governance (ESG) secara berkesinambungan.
“Melestarikan air ini sama dengan melestarikan kehidupan. Melalui penampilan tadi, seluruh generasi utamanya generasi muda dapat diajari untuk melindungi lingkungan. Fungsi gunung, air sungai dan laut dapat dipahami dengan seksama," ucap Rahmad.
Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana mengungkapkan pentingnya menjaga kelesetarian ekosistem laut agar laut memberikan manfaat dan sumber kehidupan masyarakat. Ekosistem laut seperti pantai yang tidak dijaga, bahkan praktik pembabatan hutan mangrove hanya demi pembangunan tempat untuk menikmati sunset atau sunrise dapat membuat laut menjadi sumber bencana bagi masyarakat.
“Laut sangat penting terhadap sistem kepercayaan dan kehidupan masyarakat Bali. Laut punya dua wajah “Buto” dan “Dewa”. Dalam wajah “buto” ini seperti penderitaan yang disebabkan wabah, bencana, dan lain lain itu bersumber dari laut. Sementara itu, wajah Dewa Laut itu dilihat bahwa sumber kehidupan itu ada di dalam dasar samudranya laut,” ujar Ari yang juga merupakan Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Namun demikian, Ari menjelaskan saat ini laut tengah terancam. Terumbu karang yang melindungi masyarakat selama jutaan tahun sudah rusak dijarah, juga hutan mangrove yang sudah banyak dibabat demi mendapatkan tempat untuk menikmati sunset ataupun sunrise. Bahkan, laut telah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa. Tidak mengherankan di Bali dalam beberapa waktu belakangan terjadi banjir bandang. Hal itu memperlihatkan ada yang salah dalam pengelolaan sistem lingkungan saat ini.
“Maka dari itu kami memantapkan diri, dan mengajak semua pihak untuk menjaga air dari hulu ke hilir yang merupakan warisan dari leluhur kita. Kerusakan satu sisi saja akan berdampak pada sisi yang lain baik itu di hulu, tengah atau hilir. Di hilir seperti saat ini, kami coba berkegiatan untuk mendorong upaya memperkuat ekonomi pesisir, ajakan menjaga ekologi pesisir, dan membangkitka budaya pesisir dengan pagelaran seni,” kata Ari.
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki yang turut hadir dalam pertunjukan tersebut menyampaikan, masalah lingkungan terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Upaya-upaya penyadaran dalam pelestarian lingkungan perlu terus dilakukan."Hal itu menurutnya akan mampu memaksimalkan potensi alam Indonesia dalam menghidupi masyarakat lokal," kata Teten menambahkan.