EKBIS.CO, WASHINGTON -- Negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dan Australia mengikuti jejak Uni Eropa pada Jumat (2/12/2022) lalu mengadopsi batas harga 60 dolar AS per barel untuk minyak Rusia. Sanksi bagi Rusia ini bertujuan untuk mengatur ulang pasar minyak global demi mencegah lonjakan harga.
Eropa harus menetapkan harga diskon yang akan dibayar oleh negara lain pada Senin (5/12/2022) besok. Embargo Uni Eropa atas minyak Rusia serta larangan asuransi untuk pasokan tersebut mulai berlaku.
Pembatasan harga, yang dipimpin oleh negara-negara G7, bertujuan untuk mencegah hilangnya minyak Rusia secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan lonjakan harga energi baru dan inflasi bahan bakar lebih lanjut.
"Saksi-sanksi tersebut akan membantu membatasi sumber pendapatan utama Rusia untuk perang ilegalnya di Ukraina sekaligus menjaga stabilitas pasokan energi global," kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sebuah pernyataan dikutip AP, Sabtu (3/12/2022).
Kesepakatan itu muncul setelah dilakukannya serangkaian negosiasi. Polandia mencoba menahan perjanjian untuk menetapkan batas serendah mungkin. Negara-negara Uni Eropa lainnya mengisyaratkan akan mendukung kesepakatan itu.
Pernyataan bersama koalisi G7 yang dirilis Jumat menyatakan, kelompok tersebut siap untuk meninjau dan menyesuaikan harga maksimum yang sesuai. Penetapan harga akan mempertimbangkan perkembangan pasar dan dampak potensial pada anggota koalisi dan negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas, mengatakan melumpuhkan pendapatan energi Rusia adalah inti dari menghentikan mesin perang Rusia. Kallas cukup puas batasan harga diturunkan beberapa dolar dari proposal sebelumnya.
“Bukan rahasia lagi bahwa kami ingin harganya lebih rendah. Harga antara 30-40 dolar AS akan merugikan Rusia secara substansial. Namun, ini adalah kompromi terbaik yang bisa kami dapatkan," tambah Kallas.
Angka 60 dolar AS mendekati harga minyak mentah Rusia saat ini. Baru-baru ini minyak mentah Rusia turun di bawah 60 dolar AS per barel. Beberapa negara mengkritiknya karena tidak cukup rendah untuk menjadi salah satu sumber pendapatan utama Rusia.
Ada risiko besar bagi pasar minyak global untuk kehilangan minyak mentah dalam jumlah besar dari produsen terbesar kedua di dunia tersebut. Kondisi itu bisa menaikkan harga bensin diberbagai belahan dunia.