Jumat 16 Dec 2022 18:40 WIB

Ini Dia Proyek Kerja Sama Pembangunan Smelter Nikel Bernilai Puluhan Juta Dolar AS

Manfaat hilirisasi adalah menghasilkan nilai tambah hingga membuka peluang usaha.

Red: Natalia Endah Hapsari
 Penandatanganan pembangunan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Nickel Smelter Project  Indonesia–Engineering Procurement and Construction Contract
Foto: dok RKFE
Penandatanganan pembangunan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Nickel Smelter Project Indonesia–Engineering Procurement and Construction Contract

EKBIS.CO, JAKARTA --- Menteri Perindustrian Agus G Kartasasmita mengungkapkan pihaknya saat ini fokus memacu hilirisasi industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang mineral, serta industri berbasis migas dan batubara. “Manfaat kebijakan hilirisasi adalah menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberi peluang usaha,” ujarnya.

Dengan hilirisasi,  Indonesia  mengolah barang mentah menjadi produk setengah jadi maupun produk akhir. “Ke depan smelter nikel tidak hanya diekspor  berbentuk NPI dan bahan baku baterai, tetapi lebih hilir yakni bahan baku stainless steel dan baterai listrik,” ujarnya.

Sebagai upaya mewujudkan kemandirian di bidang industri, dan merealisasikan hilirisasi, PT Indo Nickel Industri bekerja sama dengan Pinggao Group Company Limited, menandatangani pembangunan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Nickel Smelter Project  Indonesia–Engineering Procurement and Construction Contract untuk pembangunan proyek smelter nikel di Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.

Penandatanganan kontrak dilakukan di Jakarta pada Jumat (16/12) antara Direktur Utama PT Indo Nickel Industri (INI) Helmut Hermawan dan Direktur Utama Pinggao Group Co. Ltd. Cao Mingxiang yang disaksikan oleh sejumlah pejabat dari pemerintah kabupaten setempat serta pimpinan DPRD Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.

''Dalam upaya mendukung program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah, kami tidak hanya membuka tambang nikel di Malili, Luwu Timur saja, namun saat ini kami membangun smelter menggandeng kerja sama dengan pihak investor Pinggao Co. Ltd. yang telah berpengalaman di bidang industri elektrik sejak tahun 1970,” papar Direktur Utama PT Indo Nickel Industri (INI) Helmut Hermawan dalam siaran pers, Jumat (16/12/2022).

Menurut Helmut, penandatanganan kerja sama ini mengawali rangkaian pembangunan projek kerjasama pembangunan RKEF smelter nikel senilai lebih dari 50 juta dolar AS, untuk merealisasikan program hilirisasi dengan kapasitas 1 X 36 ribu KVA (setara 36 Mega Volt Ampere (MVA)). 

Setelah penandatanganan, diharapkan akan dilakukan proses peletakan batu pertama (ground breaking) proyek, yang akan dilakukan di bulan Desember ini atau selambat-lambatnya pada Januari 2023. Diharapkan proses konstruksi pembangunan smelter akan berlangsung selama 18 bulan setelahnya.

Dengan menggandeng Pinggao Group selaku perusahaaan kontraktor Engineering Procurement and Construction (EPC), maka nantinya biji nikel (nickel ore) yang selama ini ditambang di Malili, akan langsung diolah menjadi Feronikel dengan kadar Nikel (Ni) 10-12 persen dengan kapasitas 64 ribu ton Feronikel setiap tahunnya. 

sumber : siaran pers
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement