Kamis 22 Dec 2022 01:29 WIB

Bogasari Siap Gandeng UKM Hadapi Tantangan 2023

KIAT merupakan program edukasi yang digelar Bogasari secara rutin bagi UKM

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari menyerahkan sertifikat halal LPPOM MUI pada perwakilan dari 70 UKM dalam program pendampingan sertifikasi halal
Foto: Bogasari
PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari menyerahkan sertifikat halal LPPOM MUI pada perwakilan dari 70 UKM dalam program pendampingan sertifikasi halal

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bogasari menyatakan, ada beragam tantangan yang akan dihadapi pada 2023, baik secara global maupun nasional. Maka, produsen tepung di bawah naungan PT Indofood Sukses Makmur Tbk itu menilai, jaminan ketersediaan pasokan bahan pangan perlu mendapat perhatian serius. 

“Tapi kita harus optimis akan bisa melewatinya. Sepanjang 2022 sudah banyak hal yang kita lalui dan tidak pernah bayangkan akan terjadi. Mulai pandemi yang belum berkahir, dilanjutkan dengan dampak perang Rusia-Ukraina yang belum tahu kapan berakhir, serta bencana alam dimana-mana, tapi kita sama-sama bersyukur bisa melewatinya dan sudah mau mencapai penghujung tahun 2022,” ujar Wakil Kepala Divisi Bogasari Erwin Sudharma dalam siaran pers, Rabu (21/12/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, KIAT atau Kunci Informasi dan Teknologi merupakan program edukasi yang digelar Bogasari secara rutin bagi UKM khusus anggota Bogasari Mitra Card (BMC). Pada 2022 ini digelar KIAT Bogasari sebanyak empat kali dengan beragam topik yang ditujukan guna menumbuhkembangkan usaha para UKM.

Topik pada seri terakhir KIAT 2022 ini yaitu Tren Kuliner 2023 yang menghadirkan dua pembicara yakni Kevindra P Soemantri, Editorial Director and Restaurant Editor www.feastin.id dan Wahyu H Prasetyo, Senior Manager Merchandising Bibli. Pembahasan itu diangkat Bogasari sebagai penutup KIAT 2022 sekaligus bekal bersama memasuki 2023 dalam menghadapi tantangan dan meraih peluang khususnya di sektor kuliner berbasis tepung terigu. 

Erwin menyatakan, akan terus terjadi perubahan gaya hidup dalam hal makanan dan saat ini 76 persen masyarakat cenderung memilih makanan lebih sehat. Konsumen makanan berani mengalokasikan uang lebih demi menikmati makanan yang lebih sehat. 

“Sekitar 75 persen konsumen itu sekarang lebih back to nature (kembali ke alam). Konsumen tertarik mencari sesuatu yang baru dan tidak hanya makanan itu-itu saja. Ini juga menjadi tantangan bagi kita sebagai pelaku usaha di dunia kuliner. Bogasari siap berkolaborasi dengan UKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia," tegasnya.

Hal senada ditegaskan Senior Manager Merchandising Bibli Wahyu H Prasetyo sebuah plaform E-Commerce yang memiliki jaringan bisnis kuat dengan para UKM. Ia menegaskan, dari sisi ketenagakerjaan, UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja dan menghimpun sekitar 60,4 persen dari total investasi. 

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan produk lokalnya tidak hanya harus didampingi dan didorong ke digital, namun yang terpenting yakni menjaga keberlanjutannya. Ia menambahkan, e-commerce menjadi kanal digital yang penting bagi UMKM untuk mengembangkan bisnis secara berkelanjutan. 

Sebanyak 77 persen UMKM terbantu oleh marketplace dalam memasarkan produknya di masa pandemi Covid-19. Blibli memiliki kurang lebih 22 kategori utama dan tiga teratas untuk transaksinya adalah kategori makanan dan minuman, kesehatan dan kecantikan, serta rumah dan dekorasi urutan ketiga.

Editorial Director and Restaurant Editor www.feastin.id Kevindra P Soemantri menambahkan, ada dua aspek penting yang harus dipahami dalam menyikapi tren kuliner 2023 yakni tren konsumen dan tren makanan. Ada tiga tren konsumen yaitu explorative foodie, cita rasa versus gimmick, dan bersantap di tempat atau dyin in. 

Exploratove foodie merupakan tipe konsumen yang gemar menyantap kuliner dengan banyak konsep berbeda dan tidak takut mencoba hal baru. Konsumen yang satu ini senang mencoba makanan dan minuman di luar kebiasaan mereka, bisa itu genre cuisine, jenis makanan, dan lainnya. “Bagi pebisnis kuliner ini merupakan kesempatan tapi sekaligus juga tantangan, yakni harus menjaga loyalitas lewat kualitas produk dan konsumen jenis ini mudah terbawa arus,” jelas Kevin.

Sementara, lanjut dia, cita rasa versus gimmick artinya konsumen sekarang sudah mulai paham mana jenis makanan yang sekadar gimmick atau yang memang betul-betul lezat dan nikmat. 

Pada akhirnya, konsumen sekarang akan lebih memilih membeli makanan yang punya cita rasa lezat, jadi tidak hanya sekadar fenomenal. Sementara, setelah dua tahun semuanya serba online, rupanya justru sekarang mendorong konsumen untuk kembali menikmati hidangan secara tatap muka atau datang langsung ke tempatnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement