EKBIS.CO, JAKARTA — Menjelang tutup tahun 2022, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), sudah merampungkan 100 persen sertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Sedangkan untuk sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sudah mencapai 90 persen.
Head Corporate Secretary, PT Sawit Sumbermas Sarana, Tbk, Swasti Kartikaningtyas mengungkapkan, untuk RSPO masih tersisa PT Mirza Pratama Putra (MPP), yang diakuisisi SSMS pada 2015. "Selain itu masih dalam review RSPO, sertifikasi independent smallholder, dari 1 kelompok tani yang sudah disertifikasi tahun 2019,” kata Swastika, dalam siaran Rabu (21/12/2022).
Dalam hal ini, lanjut Swastika, dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Mandiri (APKSM), sejumlah 614 petani, dengan luasan 1.365 hektare. Menurut Swasti Kartikaningtyas, proses sertifikasi 90 persen independent smallholder Mekar Mulya, menunggu membership dari RSPO, sejumlah 129 petani, dengan luasan garapan 556 hektare.
Capaian positif lainnya, kata Swastika, SSMS kembali merampungkan penandatangan pinjaman sindikasi dengan dua bank, yaitu bergabungnya Bank Pembangunan Daerah Papua dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.
Sebelumnya, pada 27 Juni 2020, PT SSMS mengumumkan telah melakukan Penandatangan Perjanjian Kredit Sindikasi sebesar Rp.4,3 triliun. Sehingga kedua bank tersebut termasuk ke dalam grup pinjaman sindikasi, yang telah dilakukan bersama Bank DKI, Maybank Indonesia, Bank Woori Saudara, JTrust Bank serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk sebagai Joint Mandated Lead Arranger & Bookrunner (JMLAB).
CFO SSMS Jap Hartono mengungkapkan perseroan sangat mengapresiasi seluruh bank peserta sindikasi yang turut memberikan pinjaman, guna merealisasikan pembelian kembali seluruh atau sebagian obligasi atau Global Bond, yang telah diterbitkan oleh perseroan pada 2018. "Kami ingin membuka kesempatan bagi investor obligasi yang ingin dilakukan pembelian kembali,” kata Jap.
Kesempatan pelunasan saat in, menurutnya, karena Perseroan ingin menutup akhir tahun pembukuan dan mengoptimalkan pencatatan pelunasan hutang obligasi pada saat tutup pembukuan akhir tahun ini.
Saat ini, menurut Jap, masih tersisa sekitar 13 persen dari seluruh bond yang dipegang oleh investor. Dengan pelunasan lebih cepat ini maka akan membuat SSMS lebih leluasa bergerak lebih dinamis di 2023.
Perusahaan juga menegaskan bahwa fasilitas pembiayaan tersebut tidak melanggar peraturan dan perjanjian-perjanjian dengan pihak ketiga atau pihak lainnya, serta tidak akan berdampak negatif terhadap kinerja keuangan Perseroan, justru kinerjanya akan lebih optimal dalam berinovasi, sehingga dapat berfokus dalam hal peningkatan produksi dan percepatan pengembangan usaha tahun 2023.