EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah dan PT Pertamina (Persero) menurunkan harga jual BBM nonsubsidi untuk merespons penurunan harga minyak dunia. Akan tetapi, kebijakan ini tak diikuti penurunan harga jual untuk BBM subsidi, yaitu Pertalite dan solar.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati berdalih, pemerintah dan Pertamina tak menurunkan harga jual BBM subsidi karena selama delapan bulan terakhir pada 2022, harus menanggung beban harga jual saat harga minyak dunia melambung tinggi.
"Solar dan Pertalite harganya tetap karena selama ini disubsidi banyak oleh pemerintah. Kami itu, selama harga minyak dunia melambung menjual harga solar dan Pertalite itu setengah dari harga pasar," ujar Nicke di SPBU MT Haryono Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Nicke mengatakan, saat harga minyak dunia melambung, Pertamina tetap menjaga harga Pertalite dan solar untuk tidak naik signifikan guna menjaga daya beli masyarakat. Apalagi, menurut Nicke, saat harga minyak dunia melambung, kompetitor lain menjual dengan harga pasar.
"Seperti solar, misalnya, kita banderol Rp 6.800 per liter. Padahal, kompetitor banyak menjual dua kali lipat dari harga kami," ujar Nicke.
Nicke mengatakan, dengan harga jual yang saat ini untuk Pertalite dan solar pun masih di bawah angka keekonomian. Meski tak memerinci, menurut Nicke, pemerintah dan Pertamina masih harus menambal kekurangan dari harga jual BBM subsidi ini.
"Pemerintah tetap berkomitmen memberikan subsidi bagi masyarakat. Dengan adanya mekanisme subsidi dan kompensasi, untuk Jenis BBM Khusus Penugasan atau BBM subsidi," ujar Nicke.
Meski begitu, Nicke menjamin pemerintah dan Pertamina tetap akan menjaga pasokan BBM di seluruh pelosok Tanah Air. "Penentuan harga ini juga terus mempertimbangkan berbagai aspek, agar tetap dapat menjamin keberlangsungan penyediaan dan penyaluran BBM hingga seluruh pelosok Tanah Air, mengingat Pertamina hadir menyalurkan BBM di seluruh provinsi di Indonesia," ujar Nicke.