EKBIS.CO, CHICAGO -- Harga emas menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), berhasil menembus level psikologis 1.850 dolar AS dan memperpanjang keuntungannya untuk hari keempat berturut-turut didorong dolar AS yang lebih lemah setelah para pelaku pasar mencerna risalah pertemuan terbaru Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terangkat 12,90 dolar AS (Rp 201 ribu) atau 0,70 persen menjadi ditutup pada 1.859,00 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menembus tertinggi sesi di 1.871,30 dolar AS dan terendah di 1.842,00 dolar AS.
Emas berjangka melonjak 19,9 dolar AS atau 1,09 persen menjadi 1.846,10 dolar AS pada Selasa (3/1/2024), setelah menguat 0,20 dolar AS atau 0,01 persen menjadi 1.826,20 dolar AS pada Jumat (30/12/2022), dan terangkat 10,20 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1.826,00 dolar AS pada Kamis (29/12/2022).
Bursa Comex ditutup pada Senin (2/1/2023) untuk hari libur Tahun Baru. Dolar AS merosot pada perdagangan Rabu (4/1/2023) dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,25 persen menjadi 104,2430 pada pukul 15.00 waktu setempat (20.00 GMT), setelah risalah pertemuan Fed Desember tidak memberikan kejutan atau informasi baru tentang ukuran kenaikan suku bunga yang diharapkan pada Februari.
Emas menemukan dukungan tambahan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun. Para analis pasar juga mengaitkan kenaikan emas dalam beberapa pekan terakhir dengan risiko resesi yang meningkat, karena memegang emas menguntungkan selama masa ketidakpastian.
Investor sekarang sedang menunggu laporan pekerjaan bulanan besar yang akan keluar pada Jumat (6/1/2023).
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 27,2 sen atau 1,12 persen, menjadi ditutup pada 23,964 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun satu dolar AS atau 0,09 persen, menjadi menetap pada 1.092,30 dolar AS per ounce.